dc.description.abstract | Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, peran
pendidikan menjadi sangat penting dalam mempersiapkan peserta didik agar
memiliki keterampilan abad 21. Abad ke-21 dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologinya menuntut beberapa perubahan dalam dunia
pendidikan. Kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa pada abad ke-21 yang
telah didominasi dengan teknologi berfokus pada kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Menurut P21 (Partnership for century learning) perubahan di dunia
pendidikan harus terus dilakukan seiring dengan perkembangan dunia yang
semakin cepat, sehingga seluruh peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dalam menghadapi tantangan baru di masa depan. Hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh P21 menyimpulkan bahwa keterampilan yang
dibutuhkan pada abad ke-21 adalah learning and innovation skills, information,
media and technology skills, life and career skills. Dari segi aspek learning and
innovation skills terdapat beberapa indikator yang diharapkan ada pada abad ke-
21 yaitu creativity and innovation, critical thinking and problem solving,
communication, collaboration. Dengan demikian, kemampuan berpikir kreatif dan
inovatif menjadi salah satu hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam dunia
pendidikan untuk menuju tuntutan pada abad ke-21.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa digunakan untuk
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan inovatif
yaitu output based learning (OBL). Benati (2001: 107) menjelaskan bahwa OBL
memiliki bentuk karakteristik yaitu presentasi dari semua bentuk masa depan
dengan cara yang paradigmatik dan penggunaan kegiatan di mana peserta didik
harus berlatih memproduksi formulir masa depan yang benar. Dalam penelitian
ini, peneliti melakukan pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan
model OBL yang bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh keterampilan
berpikir kreatif dan inovatif mahasiswa dalam menyelesaikan masalah Hirregularity.
Pada konsep H-irregularity, mahasiswa diharapkan mampu membuat
penemuan terkait H-irregularity. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
memiliki rata-rata keseluruhan skor validasi satuan acara perkuliahan (SAP)
sebesar 3,69 (92,188%); LKM sebesar 3,82 (95,49%); post tes sebesar 3,71
(92,71%). Berdasarkan kriteria kevalidan, jika skor validasi berada pada rentang
maka SAP, LKM dan post tes yang dikembangkan oleh peneliti
memenuhi kriteria valid. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi
kategori praktis berdasarkan penilaian pengamatan aktivitas dosen pada
pertemuan pertama mencapai 3,67 (91,75%) dan pada pertemuan kedua mencapai
3,89 (97,25%). Sehingga disimpulkan bahwa kriteria hasil observasi aktivitas
dosen dan persentase skor memenuhi kriteria sangat baik. Perangkat pembelajaran
yang dikembangkan memenuhi kategori efektif berdasarkan penilaian pengamatan
aktivitas mahasiswa pada pertemuan pertama mencapai 3,61 (90,25%) dan pada
pertemuan kedua mencapai 3,72 (93%). Maka berdasarkan kriteria keaktifan
mahasiswa skor rata-rata memenuhi kriteria sangat aktif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil post tes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen ada
perbedaan yang signifikan setelah diterapkan OBL di dalam pembelajarannya.
Kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 84,48 dan 71,45
artinya bahwa rata-rata hasil keterampilan berpikir kreatif dan inovatif mahasiswa
kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata keterampilan berpikir kreatif dan
inovatif mahasiswa kelas kontrol dan menunjukkan pembelajaran OBL
berpengaruh lebih besar terhadap keterampilan berpikir kreatif dan inovatif. Nilai
kelas eksperimen secara signifikan lebih baik karena didukung oleh pembelajaran
OBL untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan inovatif. Hasil uji
independent post tes diperoleh varians nilai sig. (2-tailed) 0.000 < 0.05. Dapat
disimpulkan bahwa hasil post tes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen ada
perbedaan yang signifikan setelah diterapkan OBL di dalam pembelajarannya. | en_US |