dc.description.abstract | Ketersediaan bahan pakan hingga kini belum teratasi, dalam arti kompetisi
antara pangan dan pakan masih terus berlanjut terutama pakan sumber protein.
Tingginya harga bahan pakan berupa sumber protein menjadi perhatian bagi peternak
karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam kegiatan usaha peternakan
yaitu 50-70%. oleh karena itu tepung maggot lebih berpeluang, Maggot Black Soldier
Fly di spesies Hermetia illucens yang disebut sebagai BSFdapat dijadikan pilihan
untuk penyediaan pakan sumber protein karena lalat ini mudah ditemukan,
dikembangbiakkan, dan merupakan salah satu jenis bahan pakan alami yang memiliki
protein tinggi (Katayane, 2014). Protein yang bersumber pada insekta bersifat ramah
lingkungan, memiliki efisiensi konversi pakan yang tinggi dan diproduksi secara
massal. Selain itu, sumber protein pada insekta tidak berkompetisi dengan pangan,
karena manusia tidak mengkonsumsi maggot BSF sehingga sangat sesuai untuk
digunakan sebagai bahan pakan ternak, termasuk unggas dan ikan. Pemanfaatan
tepung maggot BSF sebagai pakan unggas telah terbukti dalam meningkatkan bobot
badan ayam pedaging pada ayam usia starter dan grower, namun yang menjadi
masalah adalah apakah substitusi tepung maggot BSF sebagai pengganti pepton dapat
dimanfaatkan oleh bakteri probiotik di dalam pencernaan, oleh karena itu penelitian
ini dilakukan.
Prosedur penelitian dilakukan dalam 2 tahap utama yaitu tahap persiapan
penelitian dan uji pertumbuhan bakteri L. casei. Pembuatan Tepung Maggot BSF
Pembuatan Medium GYP Agar , Pembuatan Medium Glukosa Yeast Agar,
Pembuatan Medium Glukosa Yeast tepung maggot Agar, serta Pembuatan Kurva
Pertumbuhan Bakteri hasil penelitian menunjukkan ke 3 perlakuan yakni Medium
Glukosa Yeast Pepton Agar, Medium Glukosa Yeast Agar, Medium Glukosa Yeast
tepung maggot Agar yang dilakukan dapat tumbuh di semua 3 perlakuan tersebut,
hanya jumlah dari koloni saja yang bervariasi. Perlakuan dengan Glucosa Yeast
Pepton dan Glucosa Yeast serta Glucosa Yeast dengan tepung maggot BSF
diinkubasi selama 48 jam dengan interval waktu 6 jam hasil kurva menunjukan tidak
ada perbedaan fase pada 3 perlakuan. | en_US |