Sintesis Kalsium Aluminat (caal2o4) Dengan Variasi Suhu Dan Waktu Menggunakan Metode Hidrotermal Sebagai Katalis Biodiesel
Abstract
Sumber energi yang sering digunakan salah satunya adalah minyak bumi.
Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dapat dikurangi dengan cara
memanfaatkan bahan bakar biodiesel. Biodiesel dapat dihasilkan melalui proses
esterifikasi ataupun transesterifikasi minyak nabati dengan alkohol menggunakan
katalis. Reaksi transesterifikasi dalam produksi biodiesel berlangsung dengan
bantuan katalis baik katalis homogen maupun heterogen. Katalis heterogen
memiliki keunggulan dibandingkan dengan katalis homogen, diantaranya tidak
korosif, mudah dilakukan pemisahan dari produk cairnya, serta aktivitas dan
selektifitasnya tinggi. Salah satu katalis heterogen yaitu alumina (Al2O3)
dimodifikasi dengan menggunakan kalsium oksida (CaO) dapat membentuk
kalsium aluminat (CaAl2O4). Metode yang digunakan dalam sintesis katalis
kalsium aluminat (CaAl2O4) diantaranya Microwave Combustion Method (MCM),
solid-state, sol-gel dan hidrotermal. Kelemahan dari ketiga metode tersebut
membutuhkan suhu yang tinggi dan proses yang lama dalam sintesisnya. Metode
lain dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan
menggunakan metode hidrotermal. Katalis heterogen juga telah banyak
dikembangkan dalam proses produksi biodiesel.
Preparasi katalis dilakukan menggunakan metode hidrotermal dengan
variasi suhu hidrotermal 150oC, 175oC dan 200oC. Sampel dikalsinasi pada suhu
700oC selama 5 jam dan selanjutnya didinginkan pada suhu ruang sehingga
diperoleh katalis kalsium aluminat. Katalis kalsium aluminat dengan suhu
optimum dapat dilihat dari hasil karakterisasi menggunakan XRD. Kalsium
aluminat dilakukan sintesis kembali dengan perlakuan yang sama pada suhu
optimum dan variasi waktu hidrotermal yang digunakan yaitu 10 jam, 15 jam dan 20 jam. Aktivitas katalis terhadap biodiesel diukur berdasarkan hasil reaksi
transesterifikasi minyak sawit dengan metanol perbandingan mol 1:12. Konversi
minyak sawit menjadi biodiesel ditentukan menggunakan kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS).
Berdasarkan hasil karakterisasi XRD dapat diketahui bahwa hasil sintesis
pada variasi suhu dan waktu yang diperoleh pada penelitian ini dalam bentuk
beberapa fasa diantaranya CaAl2O4; Ca3Al2(OH)12; AlO(OH); Ca3Al2O6 dan
12CaO.7Al2O3. Hasil penelitian pada variasi suhu diketahui % fasa kalsium
aluminat (CaAl2O4) pada suhu hidrotermal 150°C lebih besar daripada suhu
175°C, sedangkan pada suhu 200°C mengalami peningkatan % fasa dari kalsium
aluminat (CaAl2O4). Hasil penelitian pada variasi waktu menunjukkan % fasa
kalsium aluminat (CaAl2O4) pada waktu hidrotermal 20 jam lebih kecil daripada
waktu 15 jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu dan waktu berpengaruh
terhadap stabilitas fasa pada sintesis hidrotermal. Katalis hasil sintesis hidrotermal
dengan suhu dan waktu optimum diaplikasikan dalam proses transesterifikasi
biodiesel untuk mengetahui aktivitas dari katalis. Berdasarkan hasil analisis GC MS menunjukkan bahwa terdapat sepuluh puncak dengan tiga senyawa dominan
penyusun metil ester yaitu metil palmitat, metil oleat dan metil stearat.
Keberhasilan transesterifikasi minyak sawit menjadi metil ester (biodiesel) pada
penelitian ini menghasilkan % konversi sebesar 46,39%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
pengaruh suhu hidrotermal terhadap fasa CaAl2O4 pada penelitian ini bersifat
fluktuatif dimana pada suhu 175°C mengalami penurunan %fasa dan meningkat
lagi pada suhu 200°C. Pengaruh waktu hidrotermal terhadap fasa CaAl2O4 pada
penelitian ini bersifat fluktuatif, dimana pada waktu hidrotermal 15 jam
mengalami peningkatan %fasa dan mengalami penurunan %fasa pada waktu
hidrotermal 20 jam. Aktivitas katalis CaAl2O4 terhadap hasil reaksi
transesterifikasi menghasilkan konversi metil ester sebesar 46,39%.