Pengaruh Formula Rhizobacteria Dalam Limbah Blotong Terhadap Populasi Pratylenchus Coffeae Dan Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) Serta Pemanfaatannya Sebagai Leaflet
Abstract
Rizosfer tumbuhan merupakan habitat berbagai spesies bakteri yang secara
umum dikenal sebagai rhizobacteria. Kemampuan rhizobacteria untuk memfiksasi
nitrogen, melarutkan fosfat, memproduksi senyawa siderofor dan hidrogen sianida
(HCN), enzim kitinase, protease, dan selulase berfungsi sebagai pemacu
pertumbuhan tanaman atau plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan
sebagai agen antagonis terhadap patogen tanaman. Isolat rhizobacteria seperti
Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan Sternothrophomonas sp. diketahui mampu
menginduksi ketahanan tanaman terhadap organisme pengganggu. Produk
pertanian seringkali mengalami penurunan kuantitas maupun kualitas hasil yang
menyebabkan kurangnya daya saing di pasaran. Hal ini bisa disebabkan serangan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada produk tanaman dan adanya residu
pestisida. Masalah OPT tidak timbul begitu saja dan sifatnya tidak langsung
mendadak. Ledakan OPT terjadi karena kombinasi antara faktor tanaman, OPT itu
sendiri, dan lingkungan yang saling mendukung.
Nematoda merupakan salah satu jenis OPT penting terutama di negara
tropis termasuk Indonesia. Kerusakan tanaman karena nematoda parasit kurang
disadari baik oleh para petani maupun para petugas yang bekerja di bidang
pertanian di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh ukuran nematoda yang sangat kecil
dan gejala utama serangan nematoda terdapat di dalam tanah. Salah satu tanaman
yang sering diserang nematoda adalah kopi, baik jenis Robusta maupun Arabika.
Terdapat dua jenis nematoda penting yang menyerang tanaman kopi khususnya
kopi jenis Arabika yaitu nematoda parasit Pratylenchus coffeae dan Radopholus
similis. Hingga saat ini belum ada cara pengendalian yang ekonomis untuk tanaman
kopi yang sudah terserang. Melihat potensi kerusakan yang ditimbulkannya maka
pengendalian P. coffeae mutlak diperlukan. Pengendalian P. coffeae di Indonesia
saat ini, masih cenderung menggunakan nematisida kimia. Adanya kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan nematisida kimia menuntut adanya
pengendalian P. coffeae secara biologis. Pengendalian biologis ini bertujuan
menjadi pengendalian yang ramah lingkungan dan berdampak terhadap kualitas
kopi yang sesuai dengan tuntutan konsumen seperti keamanan pangan, pelestarian
lingkungan serta peningkatan kesejahteraan petani dan nilai sosial lainnya yang
sesuai dengan ideologi Green Economy. Salah satunya adalah dengan
menggunakan agen hayati berupa formula rhizobacteria dalam limbah blotong yang
mampu menurunkan jumlah populasi nematoda P. coffeae, dimana rhizobacteria yang digunakan adalah Pseudomonas diminuta dan Bacillus subtilis yang telah
terbukti sebagai agen antagonus terhadap patogen tanaman serta mampu
meningkatkan kesuburan tanaman. Blotong yang menjadi medium pembawa
rhizobacteria juga telah teruji mampu meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk
tanaman sehingga tanaman dapat menjadi lebih subur.
Penelitian ini dilakukan di Green House Istana Tidar, Kaliurang. Tahap
persiapan pembibitan tanaman kopi dan persiapan nematoda dilaksanakan di
Laboratorium Perlindungan Tanaman dan Kebun Percobaan Kaliwining Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember.
Sedangkan tahap persiapan Bakteri di sub Laboratorium Mikrobiologi Program
Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember. Penelitian ini merupakan
percobaan dengan jenis percobaan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 7
perlakuan, 5 pengulangan dan tiap ulangan terdiri atas 2 tanaman bibit Kopi
Arabika. Aplikasi dilakukan setelah usia bibit 2 minggu setelah transplanting atau
penanaman di dalam pot. Perlakuannya sebagai berikut: A = Tanpa nematoda, B =
Nematoda saja, C = Nematoda dan 20 g blotong (bahan aktif rhizobacteria 108
). D
= Nematoda dan 30 g blotong (bahan aktif rhizobacteria 108
). E = Nematoda dan
20 g blotong (bahan aktif rhizobacteria 109
). F = Nematoda dan 30 g blotong (bahan
aktif rhizobacteria 109
). G = 5 g karbofuran.Pengamatan dilakukan selama 12 minggu dan pengukuran parameter
dilakukan setiap 4 minggu, kemudian pada akhir pengamatan dilakukan panen bibit
kopi untuk dilakukan pengukuran berat basah, berat kering, skor kerusakan akar,
serta ekstraksi nematoda untuk menghitung populasi nematoda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian formula rhizobacteria
dalam limbah blotong meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi dan
mengendalikan populasi nematoda parasit P. coffeae. Hasil uji Anova menunjukkan
bahwa formula rhizobacteria dalam limbah blotong dapat menurunkan populasi P.
coffeae secara signifikan (P=0,001) baik yang berada di dalam akar maupun pada
tanah. Penurunan populasi nematoda P. coffeae berkisar antara 60,95%-81,15%
dibandingkan dengan kontrol negatif. Selain itu pemberian formula rhizobacteria
dalam limbah blotong juga meningkatkan pertumbuhan bibit kopi dibandingkan
dengan kontrol. Untuk parameter jumlah daun, perlakuan formula rhizobacteria
dalam limbah blotong tidak berpengaruh secara signifikan.
Kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan adalah perlakuan formula
rhizobacteria dalam limbah blotong berpengaruh secara signifikan terhadap
penurunan populasi nematodaparasit P. coffeae dan pertumbuhan bibit kopi
Arabika serta leaflet mengenai formulaMHB (P. diminuta dan B. subtilis) cair dan
Glomus spp. yang menurunkan P. coffeaedan meningkatkan pertumbuhan bibit
kopi Arabika layak digunakan sebagai suatumedia informasi kepada masyarakat
terutama petani kop