Sintesis Zeolit Y Dari Lumpur Lapindo Dengan Variasi Perbandingan Berat NaOH/Lumpur Dan Molar SiO2/Al2O3
Abstract
Lumpur lapindo merupakan suatu limbah yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pembentukan zeolit. Zeolit merupakan suatu mineral dengan
komponen utama yaitu silika dan alumina. Zeolit yang disintesis pada
penelitian ini adalah zeolit Y. Zeolit Y merupakan mineral aluminosilikat yang
tinggi kandungan silikanya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai katalisator,
penukar ion dan adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pengaruh rasio berat NaOH/lumpur dan rasio molar SiO2/ Al2O3 terhadap
karakter zeolit Y yang dihasilkan. Sintesis zeolit Y dilakukan dengan cara
metode peleburan yang diikuti dengan proses hidrotermal. Perbandingan berat
NaOH/Lumpur yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah mevariasikan
berat NaOH yang ditambahkan ke dalam berat lumpur yang dibuat konstan
yaitu 1,1 gram NaOH/1 gram lumpur; 1,3 gram NaOH/1 gram lumpur; 1,5 gram
NaOH/1 gram lumpur; dan 1,7 gram NaOH/1 gram lumpur. Variasi molar SiO2/
Al2O3 yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah memvariasikan konsentrasi
molar SiO2 dengan membuat konstan konsentrasi Al2O3 yaitu 7,35 molar SiO2/1
molar Al2O3 , 8,35molar SiO2/1 molar Al2O3 dan 9,35 molar SiO2/1 molar
Al2O3.
Lumpur dalam penelitian ini sebelumnya dilakukan pretreatment
menggunakan HCl pada proses leaching dan NaOH untuk peleburan.
Proses Peleburan menggunakan 4 variasi Perbandingan berat NaOH/Lumpur
yaitu 1,1/1; 1,3/1 dst. Lumpur hasil peleburan dari keempat variasi
dikarakterisasi menggunakan XRF. Hasil karakterisasi digunakan sebagai dasar
untuk menentukan massa SiO2 dan NaOH yang perlu ditambahkan dalam
sintesis. Sebelum disintesis lumpur hasil peleburan diperam selama 48 jam
pada suhu kamar. Proses selanjutnya sintesis, sampel dihidrotermal
menggunakan autoklaf dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 100-105°C
selama 24 jam. Hasil zeolit sintesis yang dihasilkan berwarna putih,
kemudian dilakukan karakterisasi menggunakan XRF dan XRD.
Hasil Karakterisasi pada variasi perbandingan berat NaOH/lumpur
dapat dilihat dari hasil XRF. Berdasarkan data analisis XRF menunjukkan
semakin tinggi rasio kandungan unsur logam yang dibutuhkan semakin
meningkat dan juga diikuti penurunan kandungan logam yang tidak dibutuhkan.
Difrktogram hasil analisis XRD keempat sampel memiliki pola yang tidak jauh
berbeda. Perbedaan yang terlihat jelas pada difraktogram diatas adalah rasio 1,3
karena terlihat datar dan tidak mucul puncak diantara sudut 2θ 10˚-15˚. Puncak
tersebut dihasilkan zeolit hasil sintesis variasi rasio berat NaOH/lumpur rasio
1,1; 1,5; dan 1,7. Ukuran kristal dari zeolit Y hasil sintesis dapat dihitung
menggunakan persamaan Debye Schereer. Berdasarkan perhitungan rasio
NaOH/lumpur 1,5 memiliki ukuran kristal terkecil. Berdasarkan hasil XRF,
XRD dan ukuran kristal variasi NaOH/lumpur 1,5 yang terbaik sehingga dipilih
sebagai bahan untuk melakukan variasi molar.
Hasil XRF variasi molar SiO2/Al2O3 menunjukan bahwa semakin tinggi
rasio SiO2/Al2O3 kandungan logam yang dibutuhkan semakin menurun diikuti
dengan kenaikan unsur logam yang tidak dibutuhkan. Pola difraktogram yang
dihasilkan variasi molar SiO2/Al2O3 menunjukan rasio SiO2/Al2O3 7,35 dapat
dikatakan memiliki pola difraktogram yang lebih mirip dengan difraktogram
zeolit Y standar jika dibandingkan dengan kedua sampel lainnya, karena
muncul Sudut 2θ 6,31˚ dan 24,26˚ merupakan ciri dari zeolit Y standar.
Berdasarkan perhitungan ukuran kristal pada zeolit Y hasil sintesis variasi
molar SiO2/ Al2O3 memiliki rata-rata ukuran kristal dari urutan terkecil hingga
terbesar adalah rasio SiO2/Al2O3 7,35; rasio SiO2/Al2O3 8,35; dan rasio
SiO2/Al2O3 9,35. Jadi dapat dikatakan bahwa zeolit Y rasio SiO2/ Al2O3 7,35
memiliki derajat kristanilitas terbesar karena semakin kecil ukuran kristal
menghasilkan struktur kristal yang semakin rapat dan teratur sehingga
menyebabkan derajat kristalinitas semakin tinggi