Karakteristik Individu, Shift Kerja, Kebisingan dan Stres Kerja pada Pegawai Dipo Pemeliharaan Lokomotif Jember dan Banyuwangi
Abstract
Kebisingan memberikan pengaruh terhadap kesehatan psikologis manusia (non auditory effect) berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, sulit tidur, dan mudah marah. Paparan kebisingan terus-menerus dalam waktu yang lama menyebabkan penyakit psikomatik berupa stres kerja. Stres kerja menyebabkan reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku. Indikator stres kerja adalah penurunan produktivitas kerja, keluar dari pekerjaan dan mangkir atau absen saat bekerja. Gejala stres kerja antara lain cemas, mudah tersinggung, mudah terkejut, daya ingat yang buruk, sukar konsentrasi, sukar tidur, terbangun saat tidur di malam hari, gangguan pencernaan, sesak nafas, dan gangguan ereksi. Faktor yang mempengaruhi derajat keparahan stres kerja antara lain usia, masa kerja, komunikasi di tempat kerja, kepribadian dan semangat kerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji karakteristik individu, shift kerja, kebisingan dan stres kerja pada pegawai dipo pemeliharaan lokomotif Jember dan Banyuwangi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perusahaan dan pegawai sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja, sebagai bahan kajian dan diskusi serta penelitian lebih lanjut dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada Dipo Lokomotif Jember dan Banyuwangi dengan jumlah populasi sebesar 28 pegawai. Penelitian ini merupakan penelitian dengan total sampel sehingga seluruh pegawai menjadi responden penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, dokumentasi, observasi, dan pengukuran. Data kemudian akan diolah secara deskriptif dalam bentuk tabel, tabulasi silang, dan narasi.Hasil pengukuran kebisingan tertinggi adalah 100,3 dBA yang di ukur pada titik B shift siang pada dipo pemeliharaan lokomotif Banyuwangi, sedangkan hasil pengukuran kebisingan terendah adalah 80 dBA yang diukur pada titik B shift pagi dipo pemeliharaan lokomotif Jember. 28 pegawai dipo pemeliharaan lokomotif seluruhnya mengalami stres kerja dengan tingkat stres sedang dan berat.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pegawai dipo pemeliharaan lokomotif pada rentang usia 25-34 tahun sebanyak 19 pegawai mengalami stres berat. Masa kerja ≥11 tahun pegawai dipo pemeliharaan lokomotif mengalami stres berat sebanyak 5 pegawai. Pegawai dipo pemeliharaan lokomotif yang tidak menggunakan APT saat bekerja mengalami stres berat sebanyak 18 pegawai. Stres berat dialami oleh pegawai dipo pemeliharaan lokomotif saat bekerja shift siang sebanyak 8 pegawai. Hasil analisis kebisingan dan stres kerja pada pegawai dipo pemeliharaan lokomotif menunjukkan hasil bahwa pegawai yang terpapar kebisingan ≥ 85 dBA berpotensi mengalami stres kerja. Sebanyak 15 pegawai mengalami stres berat dengan tingkat kebisingan ≥ 85 dBA.
Saran diberikan berdasarkan hasil penelitian yang perlu dipertimbangkan oleh PT KAI yaitu mengenai pendidikan dan pelatihan tentang bahaya kebisingan dan penggunaan APT, melakukan inspeksi internal terkait penggunaan APT, pemberian penghargaan dan hukuman bagi pegawai mengenai penggunaan APT serta menambah media promosi kesehatan tentang penggunaan APT di area kerja dipo lokomotif. Saran bagi pegawai, untuk saling mengingatkan dalam menggunakan APT dan melakukan pemeriksaan audiometri setiap 1 sampai 2 tahun sekali.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]