Pengaruh Konsumsi Kopi Arabika Selama Masa Laktasi Pada Tikus Wistar Terhadap Densitas Tulang Mandibula Anak Tikus
Abstract
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan terbaik bagi bayi. Kandungan nutrisi yaitu kalsium pada ASI berperan penting dalam metabolisme tulang termasuk pada pertumbuhan tulang rahang. Densitas mineral tulang (DMT) merupakan kepadatan tulang yang terdapat pada tulang kerangka tubuh. Ketidakseimbangan jumlah kalsium dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kalsium yang tersedia dalam tulang menurun sehingga densitas tulang menjadi rendah. Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi densitas tulang adalah konsumsi kopi. Wanita yang konsumsi kopi dua cangkir atau lebih atau setara dengan ≥ 300 mg kafein per hari akan mengganggu kesehatan tubuh pada ibu dan bayi. Kafein pada kopi bersifat toksik yang dapat menghambat proses pembentukan tulang dan dapat mengurangi absorbsi kalsium yang kemudian dikeluarkan melalui urin. Konsumsi kopi yang berlebih akan menghambat sekresi PTH (hormon paratiroid) yang merupakan hormon pengindraan kalsium. Hal ini yang mengakibatkan tingkat kepekaan ibu menyusui terhadap adanya kalsium menjadi berkurang, sehingga ginjal gagal reabsorpsi kalsium dan terbuang melalui urin. Keseimbangan kalsium yang negatif nantinya akan berpengaruh terhadap densitas tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi kopi Arabika selama masa laktasi tikus Wistar terhadap densitas tulang mandibula anak tikus.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris menggunakan tikus putih betina galur Wistar (Rattus norvegicus) yang sedang menyusui anaknya sedari hari pertama kelahiran. Sejumlah 12 ekor tikus yang diambil
viii
secara simple random sampling terbagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 tikus. Kelompok kontrol (K) yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan, kelompok P1 yaitu perlakuan konsumsi kopi dosis normal (0,54 gram bubuk kopi/200 gram BB/hari), dan kelompok P2 perlakuan konsumsi kopi dosis berlebih (2,7 gram bubuk kopi/200 gram BB/hari). Kopi diberikan dalam bentuk seduhan dengan teknik sondase pukul 07.00 WIB dan 18.00 WIB selama masa laktasi. Pada hari ke-22 akan diambil satu anak dari masing-masing induk tikus dan dilakukan pengambilan sampel tulang mandibula. Kemudian dilakukan pengambilan foto periapikal dan pengukuran densitas tulang mandibula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Uji One Way ANOVA menunjukkan signifikansi p<0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna nilai rerata optical density tulang mandibula pada setiap kelompok penelitian. Uji lanjutan LSD (Least Significant Difference) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) nilai rerata optical density tulang mandibula antar kelompok penelitian yaitu kelompok kontrol yang diberi aquadest dan kelompok perlakuan yang diberi konsumsi kopi. Pemberian konsumsi kopi dosis berlebih secara bermakna menunjukkan penurunan densitas tulang mandibula dibandingkan kelompok konsumsi kopi dosis normal. Hal ini dilihat dari nilai rerata densitas tulang mandibula lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan kopi dosis normal. Kelompok kontrol memiliki nilai rerata densitas tulang mandibula tertinggi dibanding kelompok lainnya. Penurunan densitas tulang mandibula disebabkan oleh kafein dalam kopi yang menghambat sekresi hormon paratiroid yang merupakan hormon pengindraan kalsium, sehingga reabsorpsi kalsium pada ginjal tidak maksimal dan kalsium akan terbuang melalui urin. Akibatnya selama masa laktasi bayi akan kekurangan kalsium dan terjadi penurunan densitas tulang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konsumsi kopi Arabika selama masa laktasi berpengaruh terhadap densitas tulang mandibula anak tikus. Konsumsi kopi Arabika dengan dosis melebihi batas normal selama masa laktasi dapat menurunkan densitas tulang mandibula anak tikus Wistar.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]