Antibiogram Kasus Infeksi Luka Operasi Pasca Bedah Ortopedi Rsd Dr. Soebandi Kabupaten Jember Periode Januari–Desember 2019
Abstract
Infeksi luka operasi (ILO) didefinisikan sebagai kontaminasi mikroba 
dari luka operasi dalam 30 hari pasca operasi atau dalam 1 tahun setelah operasi 
implan pada pasien. Infeksi luka operasi menjadi salah satu infeksi nosokomial
tersering selain pneumonia, infeksi saluran kemih, dan bakterimia. Insidensi 
infeksi luka operasi pada pasien kasus bedah ortopedi lebih banyak daripada kasus 
bedah lain. Tingkat insidensi infeksi luka operasi yang terjadi dalam kasus bedah 
ortopedi sampai 71%. Pasien bedah ortopedi dengan infeksi luka operasi 
mengalami peningkatan lama waktu menginap sekitar dua kali lipat dari lama 
waktu rawat inap pada umumnya, biaya kesehatan meningkat hingga 300%, dan 
mengalami keterbatasan fisik akibat infeksi. 
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan data 
sekunder dari RSD dr. Soebandi. Data yang didapat adalah nama pasien, usia, 
jenis kelamin, ruang perawatan, bakteri penyebab infeksi luka operasi pasca bedah 
ortopedi, dan hasil sensitivitas antibiotik. Sampel dipilih dengan metode Total 
sampling dari bulan Januari – Desember 2019 dengan memperhatikan kriteria 
inklusi dan kriteria eksklusi. 
Sampel yang didapatkan sebanyak 33 pasien. Dari keseluruhan pasien 
tersebut 25 diantaranya berjenis kelamin laki-laki (75,7%) dan sisanya berjenis 
kelamin perempuan (24,3%). Sampel didominasi oleh pasien yang berada pada 
interval usia 26 – 45 tahun (45,5%). Ruang perawatan sebagai tempat 
pengambilan spesimen pus berada di ruang Poli Bedah Ortopedi (48,4%) dan 
ruang Seruni (51,6%). 
Isolat hasil kultur ditemukan sebanyak 34 isolat dengan 25 isolat positif
terdapat pertumbuhan bakteri dan 9 lainnya negatif pertumbuhan bakteri. Isolat 
positif bakteri tersebut terdiri atas 22 isolat bakteri Gram negatif (88%) dan tiga 
bakteri Gram positif (12%). Bakteri Gram negatif didominasi oleh E. coli (20%), 
P. pneumotropica (12%), P. aeruginosa (12%), dan Pantoea spp. (8%), sementara 
bakteri Gram positif yaitu S. epidermidis, S. aureus, dan S. warneri yang masing masing ditemukan satu isolat saja (4%). 
Antibiotik yang direkomendasikan paling sensitif dalam penelitian ini 
harus diujikan pada minimal setengah jumlah isolat bakteri. Antibiotik yang 
memiliki sensitivitas tinggi untuk bakteri Gram negatif adalah Meropenem (93%) 
Chloramphenicol (71%), Piperacillin-tozobactam (64%), dan Tobramycin (58%).. 
Antibiotik yang resisten adalah Cefotaxime. Sementara untuk bakteri Gram positif 
antibiotik yang sensitif adalah Doxycycline (100%) dan Trimethoprim sulfamethoxazole (100%), sedangkan resisten terhadap Cefoxitin, Vancomycin, 
Erythromycin, dan Penicillin.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1562]
