Show simple item record

dc.contributor.advisorHOLIDAH, Diana
dc.contributor.advisorDEWI, Ika Puspita
dc.contributor.authorMAGHFIROH, Amirun Nisaul
dc.date.accessioned2020-11-18T01:30:59Z
dc.date.available2020-11-18T01:30:59Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/102021
dc.description.abstractDiabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang dikarakteristikkan dengan resistensi terhadap aksi insulin, sekresi insulin tidak mencukupi, atau keduanya. Jumlah penderita diabetes terus meningkat tiap tahunnya. Pada penderita DM terjadi peningkatan regulasi enzim dan transporter glukosa, termasuk enzim α-amilase juga mengalami peningkatan jumlah dan aktivitas. Faktor ini berkontribusi terhadap kondisi gangguaan toleransi glukosa. Golongan DM yang umum diderita yaitu DM tipe 2, perkembangan DM tipe 2 dapat diketahui melalui hiperglikemia postprandial yaitu kadar glukosa darah setelah makan. Salah satu terapi penting untuk menekan hiperglikemia postprandial adalah perlambatan pencernaan dan absorpsi karbohidrat melalui penghambatan enzim pencerna karbohidrat seperti α-amilase dan α-glukosidase. Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai gaya hidup back to nature, memicu masyarakat untuk memanfaatkan bahan tanaman sebagai alternatif pengobatan khususnya dalam masalah diabetes. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah kayu secang (Caesalpinia sappan). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan pengaruh pemberian ekstrak kayu secang terhadap aktivitas enzim α-amilase. Jenis penelitian ini adalah experimental laboratories, dengan membandingkan aktivitas penghambatan enzim α-amilase dari kontrol positif (akarbose), kontrol negatif, dan ekstrak kayu secang. Tahap pertama yaitu ekstraksi kayu secang dengan metode maserasi, kemudian dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dalam ekstrak, setelah itu dilanjutkan uji aktivitas penghambatan ekstrak terhadap enzim α-amilase menggunakan metode spektrofotometri. Metode ini dilakukan dengan penentuan total gula reduksi yang terbentuk dengan penambahan 3,5-dinitrosalisilat (DNS), lalu dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 540 nm. Masing-masing penelitian dilakukan 3 kali replikasi. Semakin kecil absorbansi, maka penghambatannya semakin besar, menandakan semakin baik potensinya sebagai inhibitor α-amilase. Parameter penghambatan enzim α-amilase ditetapkan menggunakan nilai IC50 (Inhibitory Concentration), nilai IC50 didefinisikan sebagai konsentrasi ekstrak, yang mengandung inhibitor α-amilase yang menghambat 50% aktivitas α-amilase dalam kondisi pengujian. Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 akarbose sebesar 43,510 μg/ml ± 0,224, sedangkan nilai IC50 dari ekstrak kayu secang yaitu sebesar 763,174 μg/ml ± 16,830. Data IC50 dianalisis mengunakan Uji T tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan nilai IC50 akarbose dengan ektrak kayu secang, didapatkan nilai p<0,001 yang menunjukkan perbedaan signifikan antara akarbose dan ekstrak kayu secang dalam menghambat enzim α-amilase. Berdasarkan nilai IC50 yang didapatkan menunjukkan bahwa potensi akarbose sebagai inhibitor enzim αamilase tergolong sangat kuat, sedangkan potensi ekstrak tergolong sangat lemah. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan enzim α-amilase dari ekstrak kayu secang lebih lemah dibandingkan kontrol positif akarbose.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries162210101104;
dc.subjectANTIDIABETESen_US
dc.subjectKAYU SECANGen_US
dc.subjectCAESALPINIA SAPPAN L.en_US
dc.subjectINHIBISI ENZIM α-AMILASEen_US
dc.subjectIN VITROen_US
dc.titleUji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.) Menggunakan Metode Inhibisi Enzim α-Amilase Secara in Vitroen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record