Praktik Daya Lenting Masyarakat Pasca Bencana Banjir Bandang di Desa Alasmalang Banyuwangi
Abstract
Bencana yang terjadi jelas menimbulkan kerugian bagi masyarakat setempat. Kerugiannya pun bermacam macam. Yakni kerugian materiil dan juga kerugian non materiil. Hal itu pula lah yang terjadi pada masyarakat Desa Alasmalang. Pasca terjadinya banjir bandang yang telah 3 kali menerjang Desa Alasmalang, banyak sekali kerugian yang dialami oleh masyarakat. Mulai dari hilangnya harta benda, rusaknya rumah, luka ringan maupun berat, hingga trauma yang dialami masyarakat. Namun, dengan terjadinya bencana banjir bandang yang sudah beberapa kali ini, secara tidak sadar membuat masyarakat menjadi lebih sigap dan lebih mudah dalam melakukan proses pemulihan pasca terjadinya bencana banjir bandang yang ketiga. Hal ini dikarenakan masyarakat menjadi lebih siap dan lebih tanggap ketika bencana banjir bandang tersebut datang. Dan dengan demikian, diharapkan penelitian ini mampu menambah wawasan masyarakat tentang bagaimana kemampuan masyarakat dalam melakukan daya lenting (pemulihan pasca bencana), khususnya di Desa Alasmalang.
Penelitian ini menggunakan tinjauan teori habitus yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Dimana habitus ini sendiri diindikasikan oleh skema skema yang merupakan perwakilan konseptual dari benda benda dalam realitas sosial. Praktik daya lenting sendiri merupakan suatu produk dari relasi antara habitus dan juga ranah yang didalamnya terdapat modal. Yang dimana modal modal ini mencakup modal ekonomi, modal sosial, modal kultural, serta modal simbolik.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini menggunakan purpossive sampling sebagai metode penentuan informan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti dalam uji validasi data dengan melakukan pengecekan kembali data yang sudah didapatkan dari beberapa metode pengumpulan data serta menggunakan teknik triangulasi data.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa masyarakat Desa Alasmalang memiliki kemampuan daya lenting yang cukup baik pasca terjadinya bencana banjir bandang. Hal tersebut dikarenakan adanya habitus dalam masyarakat Desa Alasmalang yang menjadikan mereka menjadi lebih sigap ketika banjir bandang yang ketiga terjadi lagi. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan bagaimana masyarakat telah dengan sigap menyiapkan diri dan barang barang penting ketika dirasa muncul tanda tanda akan terjadi banjir. Selain itu, kemampuan masyarakat Desa Alasmalang untuk melakukan daya lenting pasca bencana juga didorong oleh beberapa modal yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Modal ekonomi, dimana masyarakat Desa Alasmalang mempunyai strategi ekonomi seperti memiliki simpanan harta guna berjagan - jaga jika nantinya bencana banjir datang lagi.Sehingga, mereka tidak akan kesulitan untuk memulihkan kondisi rumah dan perekonomian mereka berkat adanya simpanan tersebut. Modal sosial, dimana masyarakat Desa Alasmalang ini mempunyai hubungan sosial yang baik dengan sesama masyarakat yang dianggap memiliki kondisi perekonomian yang lebih baik. Terjalinnya hubungan sosial yang baik dengan masyarakat yang dianggap perekonomiannya lebih baik tersebut, berguna jikalau natinya mereka memerlukan bantuan uang ketika bencana banjir bandang kembali terjadi. Karena, dengan hubungan sosial yang terjalin baik tersebut, masyarakat yang perekonomiannya lebih baik diharapkan akan membantu menyumbangkan uangnya untuk warga yang lain. Hal ini dibuktikan dengan apa yang dialami oleh beberapa informan. Dimana mereka mendapatkan sumbangan dari salah satu warga Desa Alasmalang yang dianggap memiliki kondisi ekonomi paling baik di wilayah tersebut. Modal kultural, dimana tokoh masyarakat yang dianggap memiliki modal kultural yakni Bapak Nuryasin, merupakan salah satu individu yang berperan penting dalam keberhasilan daya lenting masyarakat pasca bencana banjir bandang. Modal sibolik, yakni dimana terdapat salah satu individu, yakni Bapak Haji Asmuni, yang memiliki modal simbolik dan disegani masyarakat setempat, juga berperan penting dalam keberhasilan daya lenting masyarakat pasca terjadinya bencana banjir bandang.
Selain habitus dan modal yang ada dalam masing masing individu, ranah juga memiliki peran penting dalam terbentuknya daya lenting masyarakat pasca terjadinya bencana tersebut. Yang dimana ketika individu memiliki ranah yang cukup luas, maka akan semakin cepat pula individu tersebut memulihkan kondisi pasca terjadinya bencana. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana salah satu informan, yang berhasil memanfaatkan ranah yang ia miliki untuk bangkit kembali pasca terjadinya bencana. Beliau memanfaatkan bantuan dari komunitas yang ia ikuti, guna mempercepat proses pemulihan pasca bencana. Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki ranah yang luas, mereka hanya bisa mengandalkan bantuan dari pemerintah dan relawan.