Interaksi Komunikatif dalam Pelayanan Publik Penempatan Tenaga Kerja dan Hubungan Industrial di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Jember: Suatu Tinjauan Etnografi Komunikasi
Abstract
Kegiatan penelitian etnografi komunikasi ini berlangsung di Kantor
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Jember. Topik penelitian ini adalah
interaksi komunikatif antara staf dan pemohon dalam pelayanan publik.
Penelitian etnografi komunikasi ini dilakukan pada bidang pelayanan publik
Disnaker Kabupaten Jember. Tujuan penelitian adalah ini menggali,
merumuskan, dan memaknai pola interaksi komunikatif yang terjadi dalam
kegiatan pelayanan publik di Kantor Disnaker Kabupaten Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
etnografi. Data penelitian ini berupa teks percakapan, konteks, motif subjektif
penutur, dan arsip-arsip yang terkait dengan kegiatan pelayanan publik. Validasi
data dilakukan dengan teknik trianggulasi sumber. Kegiatan pengumpulan data
dilakukan dengan metode pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan
pengumpulan dokumen. Tahapan analisis data meliputi analisis domain,
taksonomik, komponensial, dan analisis tema budaya. Pendekatan yang
digunakan untuk memaknai data adalah emik (interpretatif).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi komunikatif yang terjadi
antara staf dan pemohon dalam kegiatan pelayanan publik telah membentuk pola
yang konsisten, yaitu berkaitan dengan (1) pemilihan diksi dalam penggunaan
bahasa yang fleksibel sehingga dapat mempengaruhi kelancaran komunikasi; (2)
sikap dan perilaku staf dalam melakukan pelayanan bersikap ramah, santai,
terbuka, namun tetap terstruktur; (3) mengusahakan ketepatan dan ketelitian saat
pelayananan berlangsung.
Pola-pola komunikasi yang terbentuk pada pelayanan publik di Disnaker
Kabupaten Jember, yakni dialogis pada pelayanan pembuatan kartu AK1 dan
pelayanan penerbitan ID & rekom paspor. Pada saat interaksi terjadi, staf tetap
mendominasi percakapan karena pentingnya peran staf sebagai orang terdepan
yang memberikan pelayanan utama terhadap pemohon seperti memberikan
informasi dan memberikan pengarahan pada pemohon. Berbeda dengan kedua
pelayanan tersebut, pola-pola komunikasi yang terbentuk pada pelayanan
klarifikasi perselisihan hubungan industrial yakni multiarah. Pada saat interaksi
terjadi, tidak hanya staf yang mendominasi percakapan karena pada pelayanan ini
dibutuhkan pernyataan klarifikasi dari setiap pemohonnya yang menyebabkan
para pemohon juga berperan aktif dan dominan dalam percakapan.
Fungsi komunikatif yang mendominasi pada ketiga pelayanan di Disnaker
Kabupaten Jember yakni fungsi direktif dan representatif. Fungsi direktif berupa
arahan atau perintah dan saran oleh staf kepada pemohon untuk melakukan
sesuatu terkait prosedur pelayanan. Kemudian, fungsi representatif berupa
penjelasan mengenai fakta atau kebenaran yang disampaikan oleh staf maupun
pemohon, agar baik pemohon maupun staf mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan kelancaran pelayanan.
Berdasarkan uraian di atas, percakapan yang terjadi antara staf dan
pemohon merupakan bagian dari suatu praktik budaya yang berlaku di Disnaker
Kabupaten Jember. Selain itu, tema budaya yang mendasari perilaku dalam
kegiatan pelayanan publik dalam pelayanan pembuatan kartu AK1, penerbitan ID
& rekom paspor dan klarifikasi perselisishan hubungan industrial secara garis
besar adalah “kejujuran, ramah, sikap terbuka dan sopan santun baik dari staf
maupun pemohon saat memberi dan menerima informasi merupakan sebuah kunci
keberhasilan dalam pelayanan publik di Disnaker Kabupaten Jember”.