Hubungan Persepsi Penyakit dengan Kecerdasan Emosional pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Kabupaten Jember
Abstract
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis menahun yang memerlukan
pemeriksaan secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan. Perawatan pasien DM meliputi
manajemen aktivitas, nutrisi, diet, pengobatan, serta manajemen stres. Perubahan pola
hidup tersebut akan berdampak kepada pasien DM dengan menunjukkan beberapa reaksi
psikologis yang negatif seperti marah, merasa tidak berguna, kecemasan, dan stres. Ketika
seseorang didiagnosis dengan penyakit baru, ia secara aktif akan mengembangkan
kerangka mental dan peta tertentu terkait dengan penyakitnya. Seseorang memerlukan
kecerdasan emosional dalam mengatasi reaksi psikologis yang dialami. Respon emosional
berupa ketidakbahagiaan dapat ditimbulkan dari persepsi negatif seseorang terhadap
penyakitnya sehingga hal ini dapat berdampak pada pengelolaan suatu penyakit dalam hal
ini adalah proses perawatan dan pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi penyakit dengan
kecerdasan emosional pada pasien DM tipe 2 di poli penyakit dalam RS tingkat III
Baladhika Husada Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan desain observasional
analitik dengan metode cross sectional. Penelitian ini menggunakan 112 sampel dengan
perhitungan menggunakan G*power 3 dengan standart effect size (γ) = 0,30, α = 0,05 dan
power (1 – β) = 0,90. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan
cara Systematic Sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Brief-Illness Perception
Questionnare (B-IPQ) untuk mengukur persepsi penyakit dan kuesioner kecerdasan
emosional untuk mengukur kecerdasan emosional. Kuesioner B-IPQ terdiri dari 9 item
pertanyaan dengan indikator pengaruh, waktu, kontrol, pengendalian penyakit,
pengalaman, perhatian, pemahaman, serta emosi dengan nilai uji validitas r > 0.3 dan p =
95% (0.05) sertal uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach alpha coefficient ialah 0.812.
Sedangkan kuesioner kecerdasan emosional terdiri dari 30 pertanyaan dengan indikator
mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, empati, serta membina
hubungan dengan orang lain dengan nilai uji validitas berkisar antara 0,316 sampai 0,634
dengan taraf signifikansi 5% (p= 0,05) r tabel sebesar 0,308 serta uji reliabilitas
menunjukkan Alpha Cronbach 0,866. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearmanrank dengan tingkat signifikansi 0,05. Penelitian ini sudah dilakukan uji kelaikan etik di
Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) FKG UNEJ dengan
No.770/UN25.8/KEPK/DL/2019.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi penyakit pasien DM tipe 2 memiliki
nilai tengah 40 (min-max; 9-61). Indikator persepsi penyakit memiliki nilai tertinggi yaitu
indikator pengaruh dengan nilai median 10 sedangkan untuk indikator dengan nilai
terendah yaitu indikator pemahaman dengan nilai median 0. Nilai kecerdasan emosional
didapatkan sebesar 85,82 (sd;7,1). Indikator kecerdasan emosional memiliki nilai tertinggi
yaitu memotivasi diri dengan rata-rata 3,5 sedangkan untuk indikator dengan nilai terendah
yaitu mengelola emosi diri dengan rata-rata 2,3. Hasil uji statistik korelasi Spearman-rank
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi penyakit dengan
kecerdasan emosional pasien DM tipe 2 di RS Tingkat III Baladhika Husada Kabupaten
Jember ( p-value: 0,001 ; r: -0,607). Berdasarkan hasil yang didapat, hubungan antara
persepsi penyakit dengan kecerdasan emosional bersifat kuat dan negatif. Berarti semakin
rendah nilai persepsi penyakit, maka akan semakin tinggi nilai kecerdasan emosional yang
dimiliki pasien DM tipe 2. Semakin pasien lebih menganggap penyakitnya sebagai suatu
ancaman, maka akan semakin buruk tingkat kecerdasan emosionalnya.
Persepsi penyakit akan menimbulkan pemilihan koping yang efektif yang dapat
mempengaruhi emosional seseorang yang nantinya akan berdampak pada kualitas hidup.
Persepsi penyakit merupakan suatu bentuk penilaian kognitif individu terhadap
penyakitnya yang dapat menghasilkan reaksi emosional yang akan berpengaruh pada
kesehatan mental dan fisik pasien DM tipe 2. Individu yang meyakini dirinya dalam
keadaan baik akan memiliki dimensi fisik, mental dan mood yang positif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
penyakit dengan kecerdasan emosional pada pasien DM tipe 2 di poli penyakit dalam
Rumah Sakit tingkat III Baladhika Husada Kabupaten Jember. Sebagai tenaga kesehatan,
diharapkan perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien sehingga timbul persepsi
penyakit yang baik tentang DM tipe 2 dengan tujuan agar memunculkan kecerdasan
emosional sehingga dampak psikologis dari penyekit dapat dikendalikan dengan baik.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]