Ekoliterasi Pada Anak: Studi Kasus Penyadaran Lingkungan Pada Masyarakat Pesisir Bangsring
Abstract
Lingkungan menjadi rusak diakibatkan oleh dua faktor penentu, yakni manusia dan alam. Manusia dan alam memang menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, keberadaan manusia ditujukan untuk menikmati hasil dari alam, menikmati seolah-olah memiliki dua sisi, yaitu menikmati dengan cara mengeksploitasi ataupun dengan cara konservasi. Salah satu cara manusia menikmati alam dengan cara eksploitasi terjadi di Desa Bangsring, rusaknya alam mengharuskan manusia bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya, kewajiban untuk bertanggung jawab dapat diekspresikan dengan cara yang berbeda-beda, salah satunya melalui ekoliterasi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran anak dalam proses ekoliterasi yang dilakukan di Desa Bangsring. Selain itu, diharapkan penelitian ini mampu menambah wawasan bagi masyarakat mengenai ekoliterasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pendekatan studi kasus life history. Subjek dalam penelitian ini adalah nelayan Desa Bangsring yang mempunyai ide memberikan ekoliterasi kepada anak-anak. Peneliti menggunakan dekonstruksi dari Derrida sebagai pisau analisis fenomena. Penelitian ini menggunakan purposive sampling sebagai metode penentuan informan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Peneliti melakukan validasi data dengan melakukan pengecekan kembali data, melakukan perpanjangan pengamatan, teknik trianggulasi data, dan menigkatkan ketekunan. Analisis data dalam hal ini peneliti melakukan kondensasi data yang didapat, kemudian mengelompokkan data-data sesuai dengan konsep dengan literatur yang ada.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa di Desa Bangsring terdapat fenomena ekoliterasi pada anak yang dilakukan oleh para nelayan. Fenomena ini dapat dilihat dari seorang nelayan yang memunculkan ide untuk mengembalikan alam yang telah rusak, ide tersebut muncul dengan cara melakukan pendekatan disekitar objek utama (nelayan) dengan cara ekoliterasi, yang kemudian diterjemahkan sebagai marine education. Hadirnya progam ekoliterasi digunakan sebagai cara bagi mereka untuk menebus dosa di masa lalu. Pengajaran yang diberikan kepada anak dengan cara datang ke sekolah-sekolah, anak diberikan pengetahuan tentang lingkungan dan cara menjagannya. Proses pemberian materi dibagi menjadi dua sesi, sesi ruangan (materi) dan kedua, sesi evaluasi. Disisi yang berbeda, ternyata terdapat hal lain dari ekoliterasi pada anak yaitu menggunakan anak sebagai agen untuk membantu merubah pola tangkap nelayan.