Pengembangan Media Motif (Monopoli Edukatif) Dalam Pembelajaran Berbasis Multipel Inteligen Pada Anak Kelompok B DI TK Kartika IX-35, Patrang, Jember
Abstract
Multipel inteligen atau kecerdasan jamak merupakan kemampuan
menangkap kepekaan terhadap suatu hal tertentu. Kecerdasan jamak dapat diasah
melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kepekaan anak pada hal
tertentu. Anak akan memecahkan masalah berdasarkan kecerdasan yang
dimilikinya. Kecerdasan jamak yang dimiliki anak yaitu kecerdasan linguistik,
kecerdasan visual spasial, kecerdasan logika matematika, kecerdasan spiritual,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Setiap kecerdasan memiliki rangkaian
tertentu yang membedakan antara kecerdasan satu dengan kecerdasan lainnya.
Namun kecerdasan tersebut bukanlah gugusan yang terpisah, melainkan rangkaian
kecerdasan yang harus mendapatkan stimulus dengan baik. Setiap anak pasti
memiliki kesembilan kecerdasan tersebut, hanya saja beberapa kecerdasan
nampak lebih dominan di antara kecerdasan lainnya. Salah satu unsur yang
mendukung pembelajaran yaitu media pembelajaran. Media pembelajaran
digunakan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada penelitian ini media yang digunakan untuk menstimulus kecerdasan jamak
pada anak berupa media MOTIF (monopoli edukatif).
Penelitian pengembangan media MOTIF (monopoli edukatif) ini termasuk
dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D)
yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan media pembelajaran yang menarik dan dapat menstimulus
multipel inteligen pada anak. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
pengembangan media MOTIF ini yaitu 1) mengidentifikasi masalah dengan melakukan pengamatan/observasi awal, kemudian mencatat permasalahan yang
ada di sekolah. 2) Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. 3)
Menciptakan solusi dari permasalahan dan mendesain produk yang dapat
menyelesaikan permasalahan. 4) Memvalidasi desain produk yang telah dibuat
kepada validator yaitu dosen ahli dan guru di sekolah yang menjadi objek
penelitian. 5) Merevisi desain produk apabila ada kekurangan. 6) Mengujicobakan
produk yang telah divalidasi pada kelompok kecil. 7) Apabila dalam kegiatan uji
coba produk masih terdapat kekurangan, maka produk akan direvisi. 8) Setelah
pengujian pada kelompok kecil berhasil, selanjutnya produk akan diujicobakan
dalam kegiatan pembelajaran pada kelompok besar. 9) Apabila ujicoba pada
kelompok besar masih terdapat kekurangan, maka produk akan direvisi kembali.
10) Produk akan diproduksi massal apabila telah memenuhi syarat dan kriteria
yang telah ditentukan. Namun, tahapan dalam penelitian pengembangan yang
dilakukan oleh peneliti hanya dilaksanakan sampai tahap kesembilan. Pada tahap
produksi massal belum dapat terlaksana, peneliti hanya memproduksi media
pembelajaran MOTIF sesuai permintaan sekolah.
Berdasarkan dari hasil penelitian pengembangan media MOTIF (monopoli
edukatif) yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran
dengan menggunakan media MOTIF (monopoli edukatif) dikategorikan valid
berdasarkan dari penilaian yang diberikan oleh validator ahli dibidang media dan
validator dari praktisi, (2) berdasarkan pembelajaran dengan menggunakan media
MOTIF (monopoli edukatif) dikategorikan efektif karena aktivitas anak rata-rata
menunjukkan nilai diatas 80, serta hasil ketercapaian indikator kecerdasan jamak
yaitu 3,68 dengan interpretasi tinggi, dan (3) pembelajaran dengan menggunakan
media MOTIF (monopoli edukatif) dikategorikan praktis karena aktivitas guru
menunjukkan persentase diatas rata-rata yaitu 90% dengan interpretasi baik.
Respon guru juga positif ketika mengajar menggunakan media monopoli edukatif,
anak lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran.