Perkembangan Bahasa Anak yang Mengalami Keterlambatan Wicara Studi Kasus Anak Keisha
Abstract
Bahasa anak yang mengalami keterlambatan wicara penting dan perlu diteliti serta dideskripsikan. Penelitian ini berusaha mengkaji bahasa anak yang mengalami keterlambatan wicara, yaitu yang dialami oleh seorang anak perempuan bernama Keisha. Tujuan penelitian ini mengungkap dua hal, yaitu: (1) perkembangan bahasa Keisha, dan (2) faktor yang menyebabkan Keisha mengalami keterlambatan wicara. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data penelitian adalah ujaran yang dikemukakan oleh Keisha, yang diperoleh dengan cara observasi, dan faktor penyebab Keisha mengalami keterlambatan wicara, yang data ini diperoleh dengan cara wawancara kepada informan penelitian. Data dianalisis secara deskriptif analitik sesuai masalah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlambatan wicara Keisha mulai tampak sejak Keisha usia 3 bulan, kondisi ini terlihat ketika Keisha tidak merespons suara atau bunyi yang ada di sekitarnya. Hanya sesekali ia melihat kemudian tidak memperhatikan kembali. Pada uusia 3 bulan Kheisa hanya dapat menangis dan tidak banyak melakukan gerakan seperti yang dilakukan oleh anak normal. Gerakan yang terlihat dilakukan hanya gerakan minum susu. Memasuki usia 4 bulan Keisha juga terlihat mengalami keterlambatan motorik. Kondisi ini terlihat ketika pada usia ini bayi pada umumnya sudah dapat belajar tengkurap, Keisha belum memperlihatkan tanda-tanda belajar tengkurap. Keisha hanya dapat menangis sambil mengeluarkan suara ‘’aaaauuuuu.....aaaaa’’, perpaduan vokal /a/ dan /u/. Saat usianya memasuki 6 hingga 10 bulan Keisha belum juga menghasilkan banyak bunyi dan kosa kata yang berarti, ia hanya mengeluarkan bunyi ihhii....eeuuh..maa. yang celoteha ini belum begitu jelas didengarkan.
viii
Memasuki usia 11 hingga 15 bulan, Keisha mulai dapat menirukan beberapa kata sederhana hasil dari stimulus dibacakannya cerita dengan suara keras oleh ibunya. Kata yang dihasilkan, yaitu [mama] ‘ibu’, [tatak]’kakak’. Kata ini sering kali diucapkan meskipun belum jelas. Pada usia 13 bulan hingga 18 bulan Keisha, selain dapat mengucapkan kata [mama] dan [tatak] ia dapat mengucapkan kata [empat], [cucu], [nanas,[ma’an], meskipun kata yang diucpakan belum begitu jelas. Pada usia ini Keisha belum mampu mengucapkan kata yang sesuai dengan maksud serta keinginannya. Keisha juga sering diajak bernyanyi oleh ayah dan ibunya, setelah diajak bernyanyi Keisha mampu menirukan kata sederhana dan cenderung diulang ulang seperti lalaba’laba-laba’.
Setelah distimulasi, Keisha dapat menghasilkan beberapa kata sederhana, dan mulai menununjukan kemampuan berbicara meskipun kata yang dihasilkan masih tergolong kata-kata sederhana, yaitu kata [mama]’ibu’, [tatak]’kakak, cucu [cUcU]’susu, empat [empat ], nanas [nȃnȃs] [panas], ma’an [ma’ȃn]’’ makan’’, lalaba [laba-laba], tidun [tidUr] ’tidur’, itan [itan] ’ikan’, anyah [aƞah], nyinyi [ninik] ‘’nenek, cepeda [sepEda] .Keterlambatan wicara Keisha disebabkan oleh beberapa faktor, baik ekstrinsik maupun intrinsik. Kelahirannya yang prematur, serta terjadinya hyperrubilin menyebabkan beberapa anak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
Kedua orang tua Keisha memberikan beberapa stimulus untuk mengembangkan kemampuan berbicara Keisha. Orang tua sering membacakan buku-buku cerita anak dan mengajaknya berkomunikasi. Kedua orang tuanya juga mengajarkan Keisha bersosialisasi dengan lingkungan luar dengan cara mengajak ke arena bermain agar Keisha berinteraksi dengan teman sebaya dan lingkungan baru.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa faktor lain yang menyebabkan terjadinya keterlambatan wicara Keisha, adalah dari sejak kehamilan, ibu Keisha kurang memperhatikan kebutuhan nutrisi dan gizi selama kehamilan. Selain itu, faktor lingkungan yang juga memiliki dampak terhadap keterlambatan wicara Keisha adalah orang di lingkungan sekitar Keiha cenderung jarang mengajaknya berkomunikasi.
Collections
- MT-Linguistic [65]