Analisis Sisa Material Konstruksi pada Proyek Gedung Laboratorium Terpadu Universitas Jember Menggunakan Diagram Pareto
Abstract
Sisa material adalah benda berwujud yang tidak berbahaya, yang berasal
dari aktivitas pembangunan, penghancuran dan pembersihan dan dapat
diberdayakan, digunakan, atau diolah kembali (Resource Venture, 2005).
Proyek pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu Fakultas Teknik
Universitas Jember ini merupakan project dari PT. Dewi Permata Mandiri.
Bangunan ini terletak di Fakultas Teknik Universitas Jember tepatnya di belakang
gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Jember.
Penulis mengambil lokasi penelitian sebagai studi kasus yaitu Proyek
Gedung Laboratorium Terpadu Fakultas Teknik Universitas Jember, terdiri atas 6
lantai dan sedang pada pembanganan tahap proyek 1 dengan rencana pengerjaan
hanya sampai pada 2 lantai. Gedung ini memiliki luas bangunan 4.400 m2. Proyek
tersebut mulai dikerjakan pada bulan Juli tahun 2019 dan ditargetkan akan selesai
pada akhir tahun 2019 bulan Desember untuk pekerjaan tahap pertama. Sebelumnya
proyek tersebut mengalami kendala dalam menjalankan pekerjaan dan mengalami
putus kontrak konstruksi serta sisa bahan-bahan material yang terbengkalai akibat
sisa pekerjaan sebelumnya, maka dari itu penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui/menganalisa waste konstruksi yang dihasilkan dari proyek
pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu sehingga nantinya akan diketahui
hasil dari nilai waste konstruksi tersebut.
Pada alur tahap penelitian pertama yaitu pengumpulan data proyek dengan
data-data yang dibutuhkan seperti RAB gedung, Bill Of Quantity, Laporan logistik,
as-built drawing. Setelah pengumpulan data tersebut mulailah membuat
rekapitulasi bahan-bahan material proyek. Tahap selanjutnya adalah rekapitulasi
harga satuan bahan dari data SNI 2002, rekapitulasi penggunaan bahan material dan
viii
pemesanan bahan material dari data proyek laboratorium yang diringkas dengan
rekapitulasi bahan hanya meliputi Besi D8, Besi D10, Besi D13, Besi D16, Besi
D19, Besi D22, Besi D25, Wiremesh 6mm, dan Triplek kayu 8mm.
Setelah rekapitulasi bahan mulailah perhitungan volume material yaitu
mengkalikan material terkirim dengan berat besi per lonjor. Setelah perhitungan
volume didapat selanjutnya masuk pada perhitungan harga pada masing-masing
material proyek yaitu mengkalikan hasil dari perhitungan volume tadi dengan harga
besi per kilogram.
Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi material, pertama kali
yang harus dilakukan adalah membuat trading consumable material berdasarkan
volume dan harganya, sehingga di dapatkan volume dan harga yang besar menjadi
urutan pertama. Selanjutnya dibuat kolom persen biaya yang kemudian
dikomulatifkan sehingga menghasilkan kolom persen biaya dan persen volume.
Cara menentukan persen biaya adalah harga material dibagi dengan harga seluruh
material lalu dikalikan 100%, dan cara menentukan persen volume adalah volume
dibagi dengan nilai seluruh volume lalu dikalikan 100%. Setelah kumulatif persen
biaya didapat maka bisa dibuat grafik analisa yang dikombinasikan dengan grafik
pareto yang akan menghasilkan grafik analisa pareto.
Dari hasil perhitungan trading consumable material dan membuat diagram
pareto itu bahwa ada empat item pekerjaan yang akan dipilih. Empat item pekerjaan
yang memiliki nilai tertinggi dalam analisa trading consumable material serta
untuk mengidentifikasikan urutan menurut prioritas bagian material pada pekerjaan
proyek. Empat material tersebut meliputi besi D25, besi D22, besi D16 dan besi
D10, jadi untuk bagian material selain besi D25, D22, D16, dan D10 tidak
dilanjutkan untuk perhitungan waste level dan waste cost pada penelitian ini.
Pada perhitungan waste level pertama melakukan perhitungan kuantitas sisa
material proyek yaitu pembelian material dikuranngi dengan kebutuhan material
pada proyek setelah itu hasil sisa maerial itu dibagi dengan pembelian material
proyek dan ditemukan persentase waste level proyek. Dan hasil perhitungan waste
level yang didapat memiliki persentase waste level terbesar adalah besi D10 dengan
volume waste sebesar 19,224.79 kg dan waste level sebesar 21.78%. Sedangkan material yang memiliki logistik besar yaitu besi D25 dengan volume logistic
97,280.54 kg belum tentu menghasilkan waste level yang besar pula.
Pada perhitungan waste cost langkah yag dilakukan untuk perhitungan ini
adalah pertama menghitung bobot pekerjaan yaitu membagi jumlah harga material
dengan total nilai kontrak proyek setelah itu hasil perhitungan waste level dikalikan
dengan bobot pekerjaan dan dikali dengan total nilai kontrak pekerjaan. Dan hasil
perhitungan waste cost yang didapat besi D25 dengan nilai waste cost sebesar Rp.
342,470,384.90. Sedangkan pada perhtungan waste level yang menunjukkan
peringkat dari persentase waste level yang terbesar adalah material besi D10 sebesar
21.78%. Dan total keseluruhan waste cost menunjukkan nilai sebesar Rp.
390,740,950.98.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]