Komparasi Model Kecepatan Domain Time dan Depth Pada Data Seismik Menggunakan Algoritma Kirchhoff Berbasis Seismic Unix
Abstract
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan judul “Komparasi
Model Kecepatan Domain Time dan Depth pada Data Seismik Menggunakan
Algoritma Kirchhoff Berbasis Seismic Unix” diperoleh kesimpulan dari hasil
pengolahan data seismik pada daerah Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan penampang seismik hasil Pre Stack Time Migration (PSTM) dan
hasil Pre Stack Depth Migration (PSDM) ialah penampang PSTM
menggunakan kecepatan RMS sebagai data pendukung proses migrasi
sehingga kedalaman lapisan pada penampang tersebut didefinisikan dalam
domain time yakni dengan kedalaman 2000 ms, sedangkan penampang PSDM
menggunakan kecepatan interval sebagai data pendukung sehingga kedalaman
lapisan pada penampang tersebut didefinisikan dalam domain depth yakni
dengan kedalaman 3000 m.
2. Penampang seismik hasil PSDM terlihat peningkatan kemenerusan event-event
seismik relatif lebih baik dibandingkan penampang seismik hasil PSTM baik
pada zona frekuensi tinggi maupun rendah. Selain itu, penampang seismik hasil
PSDM terlihat relatif memiliki citra yang lebih jelas dibandingkan dengan
penampang seismik hasil PSTM, yakni ditunjukkan dengan lebih jelasnya
amplitudo event-event seismik positif dan negatif yang menandakan nilai
amplitudo semakin kuat pada penampang seismik hasil PSDM, pada zona di
sekitar dead trace penampang PSDM relatif mendefinisikan titik reflektor lebih
baik dari pada penampang PSTM.
3. Keunggulan PSDM dibanding PSTM dikarenakan model kecepatan yang
digunakan. Model kecepatan interval memiliki variasi nilai kecepatan yang
lebih komplek dibandingkan dengan model kecepatan RMS, dari kedalaman
0 ms hingga 2000 ms model kecepatan interval memiliki 5 variasi warna yang
menunjukan nilai kecepatan kisaran 1500,00 m/s hingga 3000,00 m/s
sedangkan model kecepatan RMS memiliki 3 variasi warna yang menunjukan
nilai kecepatan kisaran 1525,14 m/s hingga 5962,3 m/s. Hal ini menandakan kecepatan interval lebih detail dalam mendifinisikan variasi nilai kecepatan
pada setiap lapisan sehingga apabila dijadikan data pendukung dalam proses
migrasi maka akan menghasilkan penampang seismik dengan peningkatan
kemenerusan event-event yang ralatif lebih baik dan citra yang relatif lebih
jelas dibandingkan dengan migrasi menggunakan model kecepatan RMS