Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Anak Penderita TB-HIV di Kabupaten Jember
Abstract
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit radang parenkhim paru yang dapat terjadi karena adanya infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit Tuberkulosis dapat menyerang seluruh kelompok usia, termasuk anak-anak. Tuberkulosis yang terjadi pada anak-anak menjadi komponen penting dalam pengendalian TB karena diperkirakan jumlah anak-anak saat ini mencapai hampir 50% dari jumlah seluruh populasi yang ada. Tuberkulosis dapat terjadi dalam keadaan khusus seperti TB ekstrapulmonal, TB perinatal, dan TB dengan HIV. Anak berusia dibawah 15 tahun yang terinfeksi HIV dan penyakit TB menjadi penyebab umum terjadinya kematian pada anak-anak di beberapa daerah. Perilaku pemilihan pengobatan penyakit pada anak penderita TB-HIV berpengaruh terhadap proses kesembuhan penyakit yang dideritanya.
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan case studies (studi kasus). Informan dalam penelitian ini adalah lima orang yang mengasuh dan merawat anak penderita TB-HIV di Kabupaten Jember, lima perawat yang menjadi penanggungjawab TB-HIV di Puskesmas, dan tiga orang sebagai informan tambahan. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara mendalam (Indepth Interview), observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah thematic content analysis. Uji kredibilitas data yang digaunakan oleh peneliti adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan utama, yaitu 5 informan berjenis kelamin perempuan dan agama yang dianut adalah islam. Sejumlah 3 informan merupakan kelompok wanita usia produktif yaitu berada pada rentang usia 23-39 tahun. Status pendidikan yang dimiliki berbeda-beda, terdapat 4 informan yang memiliki status pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yakni IU 1, IU 2, IU 4, IU 5. Pekerjaan semua informan utama tidak ada yang sama, IU 1 bekerja sebagai tukang urut, IU 2 dan 4 sebagai Ibu Rumah Tangga, IU 3 bekerja sebagai wiraswasta, dan untuk IU 5 bekerja sebagai pedagang. Suku dari informan utama dalam penelitian ini terdiri dari Jawa dan Madura.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan utama menunjukkan terdapat sebanyak 3 informan utama (IU 1, IU 4, IU 5) yang memiliki tingkat pengetahuan terkait perilaku pencarian pengobatan TB-HIV anak yang masih rendah dan 2 informan lainnya (IU 2 dan IU 3) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Semua informan memiliki sikap yang positif terhadap segala bentuk pengobatan sebagai upaya kesembuhan anak penderita TB-HIV. Terdapat lima informan dalam penelitian ini yang memiliki kepercayaan baik terhadap pengobatan TB-HIV yang telah dilakukan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kondisi tubuh anak ketika mendapatkan pengobatan dari Puskesmas ataupun Rumah Sakit. Selain pengobatan di Puskesmas dan Rumah Sakit, terdapat pula informan yang mengobatkan ke kyai ataupun dengan memberikan vitamin kepada anak penderita TB-HIV. Terdapat lima informan dalam penelitian ini memiliki seseorang yang mendukung dan dipercaya dalam perilaku pencarian pengobatan TB-HIV anak. Semua penderita melakukan pengobatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Soebandi. Tenaga kesehatan yang menangani anak penderita TB-HIV adalah penanggungjawab TB-HIV di Puskesmas serta Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit dr. Soebandi Jember. Terdapat empat informan utama (IU 1, IU 2, IU 3, IU 5) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa memiliki kondisi sosial yang baik dan sebagian besar informan menyatakan bahwa tidak ada budaya yang masih berlaku terkait pengobatan TB-HIV pada anak. Namun ada budaya yang masih berlaku di daerah tempat tinggal IU 3 yakni pengobatan Tuberkulosis menggunakan lendir bekicot.
ix
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah semua anak penderita TB-HIV sudah mendapatkan pengobatan dari fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, serta membeli obat atau vitamin di apotek. Saran yang diberikan oleh peneliti bagi pengasuh anak penderita TB-HIV adalah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dengan cara mencari informasi seputar penyakit TB-HIV, yakni terkait cara penularannya, pencegahan, dan pengobatannya melalui media-media yang dapat diakses. Bagi petugas kesehatan khususnya perawat penanggung jawab TB-HIV adalah meningkatkan koordinasi lintas program secara intensif dan komprehensif. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan dapat meningkatkan akurasi data dengan penanggung jawab program TB-HIV di Puskesmas secara periodik dan berkesinambungan. Saran untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan kuantitatif terkait hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam menjalani pengobatan TB-HIV pada anak di Kabupaten Jember
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]