Analisa Perencanaan Perawatan Shape Moulding Dengan Metode Reliability Centered Maintenance (Rcm) di PT. Kemasan Ciptatama Sempurna
Abstract
PT. Kemasan Ciptatama Sempurna adalah perusahaan yang bergerak di
bidang kemasan yang berlokasi di Desa Randupitu Kecamatan Gempol kabupaten
Pasuruan sejak tahun 1995. Proses kemasan dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu, .
Departement Plant Product Invetory Central (PPIC) khususnya pada shape molding
memiliki peranan penting dalam proses pengolahan produksi. Untuk mejaga proses
berjalannya produksi, maka perusahaan senantiasa melakukan perubahan
penjadwalan dan perawatan mesin. Maintenance dapat bermakna perawatan atau
perbaikan supaya dapat beroperasi secara maksimal. Berdasarkan data pada
departemen PPIC ditemukan kerugian (losses) pada mesin shape molding berupa
kegagalan pada steam houl, selang bahan tidak berfungsi dan lainnya dengan total
downtime hingga 598,18 jam dan 61 kegagalan pada bulan Oktober 2018 hingga
September 2019.
Shape molding adalah salah satu produksi mesin pada departemen PPIC
yang merupakan mesin digunakan untuk memproses bahan baku menjadi bahan
produk, dimana mold cetakan styrofoam di bongkar sesuai dengan produk yang akan
dikerjakan. Komponen utama shape molding adalah mold, silo, motor listrik, steam
houl, tabung air pendingin, control panel, chain host.
Salah satu usaha untuk menentukan tugas pemeliharaan yang ada pada mesin
shape molding menggunakan metode reliability centered maintenance (RCM).
RCM berfungsi untuk mengatsi penyebab dominan terjadinya kegagalan yang nantinya akan membawa pada keputusan maintenance yang berfokus pada
pencegahan terjadinya jenis kegagalan yang sering terjadi. Failure mode and Effect
analysis (FMEA) merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk
kegagalan yang mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk
memastikan pengaruh kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan.
Identifikasi FMEA meliputi failure cause dan failure effect. Dalam FMEA, dapat
dilakukan perhitungan Risk Priority Number (RPN) untuk menentukan tingkat
prioritas dari suatu kegagalan. RPN merupakan hubungan antara tiga buag variabel
yaitu severity (tingkat keparahan), occurance (frekuensi kejadian), dan detection
(deteksi kegagalan) yang menunjukkan tingkat resiko yang mengarah pada tindakan
perbaikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan nilai availability tertinggi pada
bulan April 2019 yaitu sebesar 76,49% sedangkan nilai availability terendah terjadi
pada bulan Februari 2018 yaitu sebesar 55,73%. Berdasarkan standar nilai
availability yang diterapkan oleh pabrik sebesar 70% sehingga mesin dapat
beroperasi dalam waktu yang tersedia sehingga niai rata-rata availability mesin yaitu
74,86% dan hasil analisa dari FMEA dan penilaian resiko dengan RPN
menunjukkan bahwa komponen kritis yang perlu mendapatkan prioritas utama atau
memiliki tingkat kepentingan tinggi untuk diperhatikan (need most attention) didapat
pemilihan komponen kritis penyebab terjadinya kegagalan pada mesin shape
molding adalah steam houl (210 RPN), chain hoist (108 RPN), motor listrik (70
RPN), tabung air (70 RPN), control panel (60 RPN), selang angin (54 RPN), mold
(50 RPN), silo mesin (40 RPN), bahan selang (36 RPN). Steam houl mengalami
kegagalan sebanyak 21 kali atau 34,43% dari total 61 frekuensi kegagalan dalam
periode 1 tahun terhitung mulai bulan Oktober 2018 sampai September 2019.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]