dc.description.abstract | Kebutuhan hidup sangatlah beragam macam jenisnya, dan tidak semua
manusia memiliki kebutuhan yang sama. Oleh karena itu manusia berjuang
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia selalu berupaya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak dipungkiri bahwa ketersediaan
lapangan pekerjaan menjadi salah satu penentu manusia dapat memperoleh
penghasilan. Namun ketersediaan lapangan pekerjaan yang sangat sedikit tidak
sesuai dengan jumlah sumberdaya manusianya. Salah satu profesi yang paling
favorit dijalankan oleh orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah
mengamen.
Fenomena sosial pengamen Terminal Arjasa mempunyai berbagai sisi
kehidupan yang menarik untuk diketahui. Seperti halnya pengamen tetap bertahan
hidup dengan penghasilan yang diperoleh dari mengamen untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimana pengelolaan pendapatan pengamen dalam memenuhi
kebutuhan keluarga penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengelolaan pendapatan pengamen di terminal Arjasa.
Adapun dalam penelitian ini menggunaan pendekatan penelitian dan
analisis data secara kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus karena penelitian
ini sifatkan fenomenologi unik yang jarang terjadi dan tidak ditemuai atau ada di
tempat-tempat tertentu, hal ini di lakukan peneliti di terminal Arjasa Kabupaten
Jember. Lokasi dari penelitian ini bertempat di terminal Arjasa kabupaten Jember,
dan untuk penentuan informan penelitian menggunkan teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi yang dilanjutkan
dengan wawancara, diiringi dengan proses dokumentasi.
Pengamen Terminal Arjasa Kabupaten Jember sebagian besar merupakan
pengamen yang memiliki kemampuan musik yang mumpuni. Mereka menjual
kemampuannya dalam bidang seni sebagai mata pencaharian utama dengan
menghibur para penumpang angkot ataupun bis di sela-sela waktu menunggu
sampai angkot berisi penuh penumpang dan ketika armada berjalan. Pengamen
yang ada di Terminal Arjasa yang dalam pengamatan awal penulis merupakan
kelompok usia produktif dan telah berkeluarga, namun dengan “berprofesi”
sebagai pengamen selama bertahun-tahun, nyatanya para mengamen menyatakan
bahwa kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan bekerja sebagai pengamen.
Para pengamen di lokasi ini juga memiliki pendirian untuk menjauhi halhal yang berbau kriminalitas, karena lebih berfokus dengan pekerjaannya, bahkan
beberapa pengamen yang diwawancarai oleh penulis menyatakan bahwa ingin
mengubah pendapat dan stigma negatif masyarakat bahwasannya pengamen
merupakan pekerjaan orang malas serta diliputi oleh dunia kriminal, seperti
pencopet, pemabuk dan pecandu narkoba. Dari hasil penelitian juga ditemukan
bahwa rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh pengamen perhari paling rendah
sekitar 50.000 ribu rupiah dan tertinggi mencapai 100.000 ribu rupiah perhari,
tergantung pada momentum dan hari khusus seperti hari libur dan hari perayaan.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa para pengamen di terminal Arjasa
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya lewat mengamen dan mengelola hasil
pendapatan mereka untuk kebutuhan-kebutuhan yang diperlukann, yang
terpenting adalah kebutuhan pokok, seperti membeli sembako dan lauk untuk
konsumsi keluarga, kedua untuk investasi, seperti hewan ternak dan usaha
sampingan lainnya. Beberapa usaha sampingan tersebut yakni berjualan makanan,
usaha peracangan, menjahit, dan kepemilikan usaha rias dan dekor untuk acaraa
pernikahan. Tentunya para pengamen ini selain mampu untuk memenuhi
kebutuhan pokok, kepemilikan investasi berupa usaha atau barang lainnya
diperoleh dengan pengelolaan pendapatan hasil mengamen yang baik dan telah
berjalan selama bertahun-tahun. | en_US |