Faktor-faktor yang Berkontribusi dengan Tingkat Insomnia pada Lansia Insomnia di Posyandu Lansia Alamanda 69 Kelurahan Baratan Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember
Abstract
Proses penuaan menyebabkan perubahan pola tidur antara lain lebih sering
terjaga di malam hari, total waktu tidur malam yang berkurang, gangguan
kedalamanan tidur, serta kemampuan mempertahankan kenyenyakan tidur.
Keluhan gangguan tidur yang sering diutarakan oleh lansia yaitu
insomnia.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tingkat insomnia pada lansia insomnia
yaitu kecemasan, depresi, lingkungan tidur, gaya hidup, kondisi medis, dan obatobatan.
Hasil
studi
pendahuluan
yang
dilakukan
di
posyandu
lansia
Alamanda
69
Kelurahan
Baratan
Wilayah
Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember dengan
lansia yang berusia lebih dari 55 tahun di posyandu Alamanda 69, di dapatkan
data bahwa 6 dari 9 lansia mengeluh sulit memulai tidur dan bangun lebih awal.
Lansia juga mengeluh tidurnya tidak nyenyak sehingga ketika bangun tidur
merasa lemah dan letih. Pada saat siang hari lansia sering merasa ngantuk yang
berlebihan.
Tujuan penelitian adalah menganalisa faktor-faktor yang berkontribusi
dengan tingkat
insomnia pada lansia insomnia di posyandu lansia Alamanda 69
Kelurahan Baratan wilayah kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Desain
penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengikuti posyandu lansia
Alamanda 69 di Kelurahan Baratan wilayah kerja Puskesmas Patrang Kabupaten
Jember sebesar 60 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling
jenuh atau total sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang.
ix
Penelitian ini dilakukan di posyandu lansia Alamanda 69 Kelurahan Baratan
wilayah kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Uji validitas dan reliabilitas
menggunakan
Pearson Product Moment dan uji Alpha Cronbach.
Hasil penelitian didapatklan bahwa kecemasan lansia sebesar 80%
termasuk dalam kategori tidak cemas; depresi pada lansia sebesar 68,6% termasuk
dalam kategori tidak depresi; lingkungan tidur lansia merata pada setiap kategori
(lingkungan tidur yang mendukung sebesar 54,3% dan lingkungan tidur yang
tidak mendukung 45,7%); gaya hidup lansia sebesar 60% termasuk dalam
kategori gaya hidup buruk; kondisi medis lansia sebesar 60% termasuk dalam
kategori sakit; obat-obatan lansia sebesar 74,3% termasuk dalam kategori
mengkonsumsi obat.
Analisis yang digunakan adalah uji korelasi
Spearman Rank. Dengan
alpha 0,05 didapatkan faktor kecemasan dengan p
value = 0,025, faktor depresi
dengan p
value = 0,022, faktor lingkungan tidur dengan p value = 0,048, faktor
gaya hidup dengan p
value = 0,033, faktor kondisi medis dengan p value = 0,040,
faktor obat-obatan dengan p
value = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ada hubungan antara kecemasan, depresi, lingkungan tidur, gaya hidup, kondisi
medis, dan obat-obatan dengan tingkat
insomnia. Saran yang dapat diberikan
adalah dengan memberikan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
pada lansia tentang
insomnia juga perlu dilakukan dengan melibatkan keluarga
sehingga memungkinkan diwujudkannya suatu pola pendekatan dan
penatalaksanaan
insomnia yang holistik.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]