Kestabilan Lereng Timbunan DI Atas Tanah Lunak Dengan Pemodelan Hardening Soil Dan Perkuatan Matras Bambu Akibat Beban Dinamis (Studi Kasus: Double Track Jombang – Kertosono)
Abstract
Pengembangan infrastruktur kereta api jalur ganda tidak selalu melewati
lahan dengan daya dukung tanah yang baik, beberapa juga melewati lahan dengan
lapisan tanah berkonsistensi lunak - sangat lunak. Lebih dari 10% dari luas tanah
di Indonesia atau sekitar 20 juta hektar adalah tanah lunak yang terdiri dari tanah
lempung lunak dan tanah gambut. Mempertimbangkan masalah pada tanah lunak
yang cukup berpengaruh dalam keberhasilan pembangunan infrastruktur,
perbaikan tanah harus dilakukan agar infrastruktur tidak rusak sebelum usia yang
direncanakan. Perbaikan dengan sistem matras cerucuk bambu memberikan biaya
yang efektif dan solusi andal untuk menjaga stabilitas timbunan dan mengurangi
differential settlement.
Model Elemen Hingga adalah cara numerik untuk memecahkan masalah
dalam ilmu fisika dan matematika. Metode numerik ini memberikan nilai
perkiraan parameter yang tidak diketahui pada sejumlah struktur nodal sistem
diskrit. Hardening Soil Model (HS) standar adalah model canggih untuk
memodelkan perilaku tanah. Namun, nilai kekakuan tanah dijelaskan lebih akurat
dengan menggunakan tiga kekakuan masukan yang berbeda yaitu kekakuan
pembebanan triaksial (E50), kekakuan unloading triaksial (Eur) dan kekakuan
pembebanan satu arah (Eoed). Untuk kasus tertentu, Hardening Soil Model (HS)
lebih akurat dan mendekati kondisi lapangan. Ini dapat dilihat dari beberapa
penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pendekatan Hardening Soil
Model (HS) sangat tipikal dengan hasil pengujian lapangan. Nilai faktor
keamanan (SF) dari analisis stabilitas lereng di tanah lunak menggunakan
pemodelan dengan perkuatan cerucuk dan matras bambu didapatkan nilai safety
factor sebesar 2,10.
Collections
- MT-Mathematic [100]