Penggunaan Kortikosteroid pada Pasien Dewasa Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Nefritis di RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Abstract
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan suatu penyakit autoimun kompleks yang ditandai dengan adanya pembentukan autoantibodi dan melibatkan banyak sistem organ di dalam tubuh. Pasien SLE membutuhkan pengobatan dan perawatan secara tepat dan benar dalam menjalani terapi. Setiap individu akan mendapatkan terapi yang berbeda-beda bahkan beberapa pasien harus mendapatkan pengobatan lebih dari satu macam obat. Kortikosteroid telah menjadi pengobatan utama pada sebagian besar pasien SLE, seiring dengan semakin luas penggunaannya serta penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang, dengan dosis tinggi, atau ketika kortikosteroid digunakan bersamaan dengan obat lainnya, maka berpotensi menimbulkan permasalahan atau yang dikenal dengan istilah Drug Related Problems (DRPs). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien, profil pengobatan yang diterima pasien dan profil penggunaan kortikosteroid serta mengetahui potensi terjadinya DRPs pada pasien SLE di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan menggunakan metode deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu menggunakan data rekam medik pasien. Jumlah data yang diambil yaitu data 45 pasien dewasa SLE lupus nefritis yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien SLE lupus nefritis di RSUD dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari-31 Desember 2018 didominasi oleh pasien perempuan (91,11%) dengan usia 26-45 tahun (55,56%). Pada karakteristik penyakit penyerta yang lebih sering dialami pasien adalah hipertensi dengan persentase 12,96%. Pola penggunaan obat pada pasien SLE lupus nefritis terdiri atas dua bagian terapi yaitu terapi utama dan terapi lain. Tiga terapi tertinggi yang digunakan pada pasien dewasa SLE lupus nefritis di RSUD dr. Saiful Anwar Malang yaitu, terapi yang digunakan pasien SLE lupus nefritis seperti kortikosteroid (88,9%), imunosupresan (71,1%), kemudian terapi sistem kardiovaskular (64,4%). Tiga jenis obat kortikosteroid tertinggi sebagai terapi untuk SLE lupus nefritis yang diterima pasien SLE lupus nefritis di RSUD dr. Saiful Anwar Malang yaitu metilprednisolon tablet 16 mg (44,4%), metilprednisolon tablet 8 mg (31,1%), dan pulse metilprednisolon 500 mg (26,7%).
Pada penelitian ini dilakukan pembahasan drug related problems penggunaan kortikosteroid pada pasien dewasa SLE lupus nefritis. Pada aspek potensi interaksi obat, potensi interaksi dengan tingkat keparahan major terbanyak yaitu pada interaksi antara metilprednisolon dengan obat golongan flurokuinolon (levofloxacin dan ciprofloxacin) (29,6%), potensi interaksi obat dengan tingkat keparahan moderate yang terbanyak terjadi pada interaksi antara metilprednisolon dengan diazepam (22,2%). Sedangkan potensi interaksi dengan tingkat keparahan minor terbanyak terjadi pada interaksi antara metilprednisolon dengan furosemide (44,4%). Selanjutnya tidak ditemukan drug related problems pada aspek dosis terlalu tinggi maupun dosis terlalu rendah pada dosis pemberian kortikosteroid untuk pasien dewasa SLE lupus nefritis RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]