| dc.description.abstract | Persediaan adalah salah satu komponen terpenting di setiap perusahaan, khususnya bagi perusahaan kecil dan perusahaan baru baik di sektor dagang, jasa, dan manufaktur. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan persediaan adalah mengukur jumlah efektif persediaan yang dibutuhkan. Ketika jumlah persediaan yang dimiliki terlalu banyak akan menimbulkan biaya yang tinggi dan timbul risiko rusak sebelum terpakai dan ketika jumlah persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan risiko perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Hal tersebut umumnya terjadi di perusahaan kecil, perusahaan baru, dan perusahaan yang belum mampu memahami penggolongan persediaan. Untuk menghindari risiko kerusakan, kehilangan, pemborosan, dan tidak mampu menyediakan persediaan maka suatu pengendalian internal persediaan dibutuhkan. Pengendalian persediaan bertujuan untuk melindungi aset perusahaan dan memberikan informasi handal mengenai persediaan. Sistem pengendalian digunakan pemimpin untuk mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab tertentu dan untuk mengurangi tingkat terjadinya kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja agar dapat diperbaiki secepat mungkin.
Menurut Widyani, Dewi, dan Sujana (2017) untuk mengevaluasi pengendalian internal, perusahaan perlu mengidentifikasi kerangka kerja pengendalian internal yang dapat didasarkan pada sistem pengendalian internal menurut Commite of Sponsoring Organization (COSO) yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Objek dalam penelitian ini adalah Bengkel Yamaha Zat Besi Cycles yang terletak di Jl. Sumatra No. 92, Tegal Boto Lor, Sumbersari, Kabupaten Jember. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak bisa didapatkan dengan prosedur statistik ataupun prosedur lain dari kuantifikasi. Sumber data untuk penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dengan wawancara dan memberikan kuesioner kepada pemilik Bengkel Yamaha Zat Besi Cycles serta manajer yang merangkap bagian Administrasi dan Kepala Mekanik. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen terkait, struktur organisasi, job description, dan data lain yang relevan. Data yang didapat nantinya akan diperbandingkan dengan hasil observasi untuk memperoleh informasi yang valid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur organisasi bengkel sudah cukup jelas dengan penyusunan berdasarkan kerangka kerja dan komunikasi, namun pemisahan fungsi belum cukup baik karena masih ada rangkap fungsi di dalam praktiknya. Penliaian risiko atas persediaan sudah cukup baik yaitu dengan diterapkannya stock opname dan setiap fungsi terkait memiliki catatan mengenai persediaan yang dapat digunakan untuk pengendalian ketika terjadi selisih jumlah persediaan, namun perlu diterapkan pengendalian akses agar yang dapat mengakses etalase atau gudang hanya fungsi yang berwenang. Sedangkan untuk aktivitas pengendalian atas persediaan masih kurang memadai karena masih ada rangkap jabatan dan wewenang sehingga otorisasi di setiap transaksi masih kurang serta dokumen belum diarsipkan dengan baik. Informasi dan komunikasi masih perlu ditingkatkan dalam sistem pengarsipan dokumen terkait agar informasi yang dhasilkan lebil handal sedangkan untuk komunikasi, pegawai telah memahami SOP yang ada sehingga komunikasi antar pegawai dan komunikasi pegawai dengan atasan sudah cukup baik. Dalam hal pemantauan terhadap pengendalian internal persediaan telah diterapkan kebijakan stock opname untuk memastikan jumlah, masa pakai, serta kelayakan persediaan yang diawasi oleh pemilik bengkel. | en_US |
