Distres Psikologik pada Primary Family Caregiver Penderita Skizofrenia di Wilayah Puskesmas Perkotaan Kabupaten Jember
Abstract
Besarnya jumlah penderita skizofrenia yang tinggal dalam perawatan primary family caregiver (PFC) menyebabkan peningkatan beban psikologis PFC sehingga meningkatkan risiko distres psikologik. Distres psikologik dapat meningkatkan risiko penyakit kronik, penggunaan tembakau, tindakan bunuh diri pada PFC serta berpengaruh terhadap keberhasilan proses penyembuhan penderita skizofrenia. Risiko tersebut dapat terjadi pada PFC di Kabupaten Jember yang merupakan wilayah dengan jumlah skizofrenia tertinggi di Jawa Timur. Namun hingga saat ini belum terdapat penelitian terkait prevalensi serta faktor yang berhubungan dengan distres psikologik pada PFC penderita skizofrenia di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan distres psikologik pada PFC penderita skizofrenia di daerah Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain penelitian cross-sectional yang dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2019. Populasi penelitian ini adalah seluruh PFC penderita skizofrenia di wilayah puskesmas perkotaan Kabupaten Jember yaitu sebanyak 295 orang dengan jumlah sampel sebanyak 107 orang yang diambil dengan teknik multistage cluster sampling. Tahap pertama cluster sampling digunakan untuk menentukan puskesmas kemudian tahap kedua untuk menentukan responden secara random sampling dari masing-masing puskesmas terpilih yaitu Sumbersari, Gladak pakem, Bangsalsari, Balung serta Puger. Variabel bebas yang diteliti terdiri dari karakteristik penderita skizofrenia (jenis kelamin, usia, jenis skizofrenia dan durasi masa sakit), karakteristik PFC (jenis kelamin, usia, status marital, status ekonomi, status pekerjaan, pendidikan, status kekerabatan, tipe keluarga dan lama merawat) dan tingkat dukungan sosial keluarga, sedangkan varibel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat distres psikologik. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas. Data primer dianalisis menggunakan teknik analisis univariabel dan bivariabel dengan uji chi square yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan deskripsi tertulis.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar penderita skizofrenia adalah laki-laki (73,8%), berusia dewasa (67,2%), menderita skizofrenia hebefrenik (63,6%) dengan durasi sakit lebih dari 1 tahun (95,3%). Mayoritas PFC adalah perempuan (81,3%), merupakan lansia (67,3%), sudah menikah (85,0%), bekerja (37,4%) dengan status ekonomi berada di bawah UMR Kabupaten Jember (76,6%), tidak/belum pernah bersekolah (43%), merupakan orang tua penderita skizofrenia (66,4%) dengan tipe keluarga nuklear (71,0%) dan telah merawat penderita skizofrenia lebih dari 1 tahun (91,6%), memiliki dukungan sosial keluarga yang cukup baik (58,9%) dan tingkat distres psikologik yang tergolong normal (56,1%). Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor karakteristik penderita skizofrenia, karakteristik PFC dan tingkat dukungan sosial keluarga didapatkan hasil bahwa distres psikologik hanya signifikan berhubungan dengan status ekonomi PFC (p=0,003).
Berdasarkan hasil tersebut disarankan agar keluarga penderita skizofrenia lebih terbuka dan segera melapor pada petugas kesehatan setempat sehingga skizofrenia dapat segera tertangani, menghilangkan pandangan negatif terkait penyebab serta kesembuhan skizofrenia, memberikan dukungan instrumental terhadap keluarga serta penderita skizofrenia untuk patuh dalam menjalani pengobatan. Saran untuk dinas kesehatan Kabupaten Jember untuk bekerjasama dengan dinas sosial dan ketenagakerjaan untuk memberikan pelatihan kerja serta dukungan modal atau lapangan pekerjaan kepada penderita skizofrenia yang telah sembuh atau keluarga penderita, serta menguatkan promosi kesehatan terkait program kesehatan jiwa dan dukungan sosial. Perlu untuk mengembangkan variabel serta teknik analisis untuk peneliti selanjutnya.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]