Mise En Scene dalam Membangun Adegan Dramatik pada Film Grave Torture karya Joko Anwar
Abstract
Film adalah suatu seni audio visual yang di dalamnya memuat suatu cerita,
peristiwa, musik, komedi, dan sajian teknis lainnya. Film dapat diklasifikasikan
berdasarkan genre. Salah satu genre film yang populer adalah genre horor. Film
horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta teror bagi
penonton. Pada tahun 2012, kanal Youtube YOMYOMF mengunggah film pendek
Grave Torture yang disutradarai oleh Joko Anwar. Film Grave Torture mengangkat
mitos siksa kubur, yaitu konsep tentang setiap orang jahat akan merasakan siksa
kubur setelah mati. Ditinjau dari berbagai komentar di bawah postingan film,
sebagian besar penonton film Grave Torture mengaku merasakan efek horor,
menegangkan dan juga sedih dari film tersebut. Penonton dapat terpengaruh secara
emosi dan merasa terlibat dalam cerita merupakan hasil dari adanya unsur dramatik
dalam film. Unsur dramatik dalam film terbentuk tidak hanya melalui aspek naratif
saja tetapi juga aspek sinematik, khususnya mise en scene.
Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini dilakukan guna
mengetahui bagaimana mise en scene membangun adegan dramatik pada film
Grave Torture karya Joko Anwar. Penelitian ini menggunakan teori unsur dramatik,
mise en scene dan sinematografi. Unsur dramatik yakni konflik, suspense, curiosity,
dan surprise digunakan untuk mengetahui adegan dramatik yang ada di dalam film
Grave Torture. Unsur mise en scene seperti setting, kostum dan tata rias karakter,
pencahayaan, dan pemain serta pergerakannya digunakan untuk menganalisis
aspek-aspek visual dalam membangun adegan dramatik pada film Grave Torture.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
teknik observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Teknik analisis data dalam
viii
penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri atas reduksi data,
sajian data, dan penarikan simpulan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat 5 adegan dramatik di
dalam film Grave Torture. Unsur-unsur mise en scene seperti setting, kostum dan
tata rias, pencahayaan, serta pemain dan pergerakannya turut membangun adegan
dramatik pada film Grave Torture. Setting memberikan efek dramatik dengan
menghadirkan properti lilin, korek api gas, foto kebersamaan tokoh anak dan
ayahnya, dan juga suasana setting yang dibuat cenderung gelap. Kostum dan tata
rias membantu memberikan identitas dan informasi cerita, terutama pada
penggunaan warna dan jenis kostum. Pencahayaan penting dalam menciptakan efek
dramatik, terutama pada penggunaan low key lighting, cahaya samping, cahaya
depan, warna cahaya yang dominan kuning, dan unsur bayangan yang digunakan
untuk menunjukkan pergerakan tokoh anak. Akting dan pergerakan juga membantu
memberikan efek dramatik, khususnya pada ekspresi sedih dan ketakutan yang
ditunjukkan tokoh anak. Mise en scene juga didukung oleh sinematografi dalam
menambah kesan dramatik, khususnya pada penggunaan Dutch Angle Shot, shot
subjektif dan POV.