dc.description.abstract | Geng motor di Indonesia awal mula terbentuk pada awal ‘80an, tepatnya pada
tahun 1978 geng motor pertama kali lahir di Indonesia. Moonraker nama dari geng
motor yang terbentuk di kota Bandung, konon geng motor ini dianggap sebagai ruh
dari semua geng motor yang ada di Bandung. Pada era tahun ‘80an ada empat geng
motor paling besar di Bandung yaitu Moonraker, Grab On Road (GBR), Exalt to
Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama-sama eksis dan
memiliki anggota di atas 1000 orang hingga saat ini. Setiap geng motor yang
dibentuk awalnya mempunyai tujuan tertentu seperti ketidakpuasan karena keamanan
sekolah pada waktu itu, hingga kumpulan band yang berganti menjadi geng motor.
Persaingan antar geng mereka curahkan lewat balapan liar antar geng dari Lembang
menuju Bandung tanpa lampu dan tanpa rem. Tanpa adanya kekerasan antar geng,
karena ketua-ketua mereka sebenarnya teman sepermainan atau teman nongkrong.
Seiring berkembangnya zaman, anggota-anggota baru yang tergabung dalam geng
mulai merubah keadaan. Yang awalnya geng motor dibentuk bukan untuk melakukan
tindakan anarkis, menjadi geng yang ditakuti masyarakat setempat. Geng motor
selalu erat dengan balapan liar. Hal ini telah berlangsung lama sejak awal mula
terbentuknya geng motor di Indonesia.
Geng motor di Jember bisa dikatakan hanya sebagai perkumpulan anak-anak
muda yang mempunyai hobi yang sama yaitu mengutak-atik sepeda (memodifikasi
mesin sepeda motor) yang kemudian dari modifikasi tersebut dilakukan tes uji
kecepatan sepeda yang telah dimodif dengan cara mengadu sepeda yang telah
dimodif dengan sepeda motor lain. Balap liar akan semakin marak tentunya bila para
anak-anak yang tergabung dalam bengkel-bengkel ini ingin mengadu kecepatan
mesin sepeda motor mereka. Namun balapan liar ini ternyata tidak gratis, melainkan
mereka juga bertaruh uang untuk pemenang balapan ini. Uang taruhannya pun
bervariasi, mulai dari Rp 50.000,- sampai Rp 5.000.000,- bahkan terkadang mencapai
puluhan juta rupiah tergantung dari kesepakan awal dan massa yang terkumpul.
Semakin sering menang sepeda yang digunakan balapan, maka akan semakin besar
pula taruhan yang ditawarkan. Mereka tidak hanya berlomba adu kecepatan sepeda
saja, mabuk-mabukan, narkoba, bertengkar antar anggota geng, main perempuan pun
sudah akrab bagi mereka yang tergabung dalam geng motor.
Penelitian yang berjudul perilaku balap liar anak-anak geng motor dengan
studi deskriptif perilaku geng motor di kabupaten Jember ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan mengetahui bagaimana bentuk-bentuk perilaku balap liar yang
dimiliki oleh anak-anak geng motor di kabupaten Jember.
Penelitian ini dilakukan di bengkel-bengkel yang digunakan sebagai tempat
berkumpulnya mereka saat melakukan aktifitasnya. Seperti di jalan-jalan yang sering
digunakan sebagai tempat berkumpulnya anak-anak geng motor serta bengkelbengkel
yang digunakan untuk memodifikasi sepeda mereka di Kabupaten Jember,
seperti Jalan Gajah Mada depan GOR Kaliwates, jalan Kalimantan depan gedung
Soetardjo, jalan Ambulu mengarah ke Bandara Notohadinegoro, serta bengkel di
daerah jalan Kaliurang, dan bengkel di daerah Ambulu karena dilokasi tersebutlah
tempat yang paling tepat dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Jenis
penelitian ini ini adalah penelitian kualitatif dengan penentuan informan
menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah informan sebanyak 8 orang.
Teknik pengumpulan data atau informasi dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisa thick description yaitu peneliti berusaha
untuk menyajikan informasi dan deskripsi atas fenomena penelitian secara
menyeluruh dan mengonsultasikannya dengan pandangan teoretis yang relevan atau
hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait. Untuk teknik keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber data.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa perilaku
balap liar anak-anak geng motor di kabupaten Jember merupakan cara untuk
membuktikan eksistensi dan mempertahankan keberadaan mereka di dalam
masyarakat. Dari perilaku-perilaku yang dimiliki oleh anak-anak geng motor, maka
akan mudah dikenal oleh masyarakat. Seperti mabuk-mabukan merupakan media
yang digunakan untuk para anggota dalam mempererat hubungan antara yang satu
dengan yang lain. Dengan mabuk bersama sesama anggota, dapat menciptakan
suasana yang nyaman bagi mereka untuk saling bercerita tentang kehidupan pribadi
mereka. Begitu juga dengan balap liar, balap liar merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan nama kelompoknya. Balap liar sendiri tidak terlepas dengan
taruhan, dimana taruhan bagi anak-anak geng motor merupakan cara untuk mencari
keuntungan. Selain itu balap liar dan taruhan juga merupakan ajang promosi gratis
bagi bengkel yang mengikuti. Begitu juga dengan tawuran, tawuran merupakan cara
untuk mempertahankan nama dan harga diri kelompok mereka masing-masing. | en_US |