Intensitas Kebisingan dan Stres Kerja pada Operator Turbin PLTU Unit 3 & 4 PT. PJB UP Gresik
Abstract
Kebisingan merupakan semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi maupun alat-alat kerja yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran pada tingkat tertentu. Kebisingan yang muncul dari tempat kerja berpotensi menimbulkan masalah baik bagi kesehatan maupun keselamatan kerja. Dampak kebisingan dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan auditory dan gangguan nonauditory. Gangguan auditory contohnya gangguan terhadap pendengaran sedangkan salah satu contoh dari gangguan nonauditory yaitu stres. Stres kerja pada dunia kerja menjadi masalah kesehatan bagi tenaga kerja yang berpotensi untuk meningkatkan risiko kecelakaan kerja termasuk menimbulkan banyak kerugian materi bahkan dapat menurunkan produktivtas kerja. Unit Pembangkit Gesik merupakan pembangkit yang memiliki area produksi dengan mesin-mesin berfungsi secara normal dan dikontrol oleh tenaga manusia yang disebut dengan operator. Operator mempunyai tugas mengoperasikan seluruh peralatan pembangkit untuk proses produksi energi listrik. Penelitian dilakukan pada unit 3 dan 4 karena memiliki risiko pekerjaan yang tinggi karena pada unit tersebut dikelilingi oleh unit 2 dan harus berhadapan langsung dengan sumber-sumber stress salah satunya kebisingan akibat mesin yang beroperasi. Peralatan utama yang menimbulkan kebisingan yaitu BFP dengan intensitas sebesar 94 dBA, Boiler Unit 3 memiliki intensitas sebesar 90,2 dBA dan Boiler unit 4 memiliki intensitas sebesar 90,9 dBA.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui intensitas kebisingan dan stres kerja pada operator turbin PLTU Unit 3 & 4 PT. PJB UP Gresik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 40 orang dan sampel yang digunakan merupakan jumlah keseluruhan dari populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakankuesioner, wawancara, pengukuran intensitas kebisingan menggunakan Sound Level Meter (SLM), dan observasi. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.
Hasil penelitian ini pada faktor individu menunjukkan bahwa responden terbanyak memiliki usia 45-55 tahun yaitu sebanyak 19 orang (47,5%), memiliki masa kerja > 10 tahun yaitu sebanyak 22 orang (55%), memiliki lama paparan bising 1-2 jam/hari yaitu sebanyak 16 orang (40%). Variabel intensitas kebisingan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) tertinggi yaitu 102,7 dBA sedangkan variabel stres kerja mendapatkan hasil bahwa responden paling banyak mengalami stres berat yaitu sebanyak 21 orang (52,5%). Berdasarkan usia, stres kerja berat berada pada kategori usia 45-54 sebanyak 18 orang (45%). Berdasarkan masa kerja, stres kerja berat berada pada kategori masa kerja > 21 tahun sebanyak 21 orang (52,5%). Berdasarkan lama paparan bising per hari, stres kerja berat berada pada kategori lama paparan bising per hari 1-2 jam sebanyak 16 orang (40%). Berdasarkan hasil penenlitian diketahui bahwa kategori usia paling tinggi mengalami stres kerja yang berat dan kategori lama paparan bising paling kecil mengalami stres kerja yang berat, dengan nilai intensitas kebisingan ≤ 88 dBA mengalami stres kerja yang berat.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan perusahaan dapat menindaklanjuti kebijakan dan penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja dengan melakukan pengendalian pada sumber bising dengan memberikan Alat Pelindung Telinga (APT), peredam suara maupun perawatan mesin dan juga memberikan edukasi terkait kebisingan. Bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan jenis desain penelitian dan variabel yang berbeda, misalnya mengenai pengaruh kebisingan impulsif ataupun intermitten terhadap stres kerja
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]