dc.description.abstract | Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus
halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam typhoid ditandai dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran. Rawannya demam typhoid di Indonesia menimbulkan
banyaknya obat antibiotik yang dapat menyembuhkan demam typhoid. Obat
cyprofloxacin merupakan salah satu antibiotik yang tingkat resistennya masih rendah
dengan tingkat kesembuhan 98% dan angka relaps (kekambuhan) 2%. Akan tetapi obat
cyprofloxacin sangat jarang sekali digunakan pada pasien demam typhoid karena dapat
menyebabkan efek samping gangguan sendi dan tulang pada anak-anak. Banyaknya
antibiotik yang telah resisten dan memiliki efek samping yang tinggi menyebabkan
para peneliti mencari solusi untuk membuat obat tradisional yang dapat
menyembuhkan demam typhoid dengan efek samping yang rendah. Pheretima
javanica mengandung senyawa asam amino protein hydroksiprolin sebesar 19,04%
yang berperan sebagai antibakteri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol
50% cacing tanah terhadap penurunan demam tifoid pada tikus putih dan mengetahui
dosis minimal yang dapat menurunkan demam tifoid pada tikus putih. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan jumlah
sampel tikus putih (Rattus norvegicus B.) jenis wistar jantan sebanyak 24 ekor yang
terdiri dari 4 perlakuan dan 2 kelompok kontrol dengan variasi dosis untuk kelompok
perlakuan diantaranya 0,2 g/KgBB; 0,4 g/KgBB; 0,8 g/KgBB; 1,6 g/KgBB. Penelitian
dilakukan selama ±21 hari. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap aklimatisasi,
tahap infeksi Salmonella typhi, tahap induksi ekstrak etanol 50% cacing tanah
(Pheretima javanica K.). Indikator yang diamati berupa suhu tubuh, uji feses, kultur
darah, konsumsi pakan, keadaan feses, keadaan rambut dan gerakan tikus putih (rattus
norvegicus B.).
Berdasarkan hasil penelitian pada indikator suhu tubuh dan konsumsi pakan
terdapat perbedaan secara signifikan setelah dilakukan uji t-test. Hal ini menunjukkan
bahwa suhu tubuh dan konsumsi pakan yang awalnya normal pada tahap aklimatisasi
menjadi naik suhu tubuhnya dan menurun konsumsi pakannya pada tahap infeksi
Salmonella typhi. Pada tahap induksi ekstrak etanol 50% cacing tanah suhu tubuh dan
konsumsi pakan mengalami perubahan yang signifikan pada uji ANOVA artinya suhu
tubuh menjadi turun dan konsumsi pakan meningkat kembali. Indikator uji feses, kultur
darah, keadaan feses, keadaan rambut, dan gerakan pada uji sign test menunjukkan
hasil berbeda secara signifikan. Artinya pada uji feses dan kultur darah mulai tumbuh
Salmonella typhi, feses cenderung menjadi cair, rambut menjadi posisi tegak dan
gerakan menjadi lebih pasif setelah infeksi Salmonella typhi. Hasil uji Kruskal-Wallis
pada keadaan feses, keadaan rambut dan gerakan berpengaruh secara signifikan artinya
setelah induksi ekstrak etanol 50% cacing tanah keadaan feses cenderung padat, rambut
menjadi tidur kembali, dan gerakan menjadi aktif. Sedangkan hasil Kruskal-Wallis
pada uji feses dan kultur darah menunjukkan hasil yang tidak signifkan karena data
yang antara setelah infeksi Salmonella typhi dengan induksi ekstrak etanol 50% cacing
tanah terlalu ekstrim. Dosis minimal yang dapat menurunkan demam tifoid pada tikus
putih (Rattus norvegicus B.) adalah 0,8 g/KgBB karena hasil penelitiannya yang paling
mendekati hasil kelompok kontrol postitif dengan pemberian antibiotik ciprofloxacin. | en_US |