Arisan Thalia: Gaya Hidup Para Sosialita Jember
Abstract
Pentingnya penelitian dengan judul Arisa Thalia: Gaya Hidup Para Sosialita
Jember di latarbelakangi oleh berbagai pilihan gaya hidup yang ada. Disini
peneliti memfokuskan pada gaya hidup yang dipilih oleh anggota kelompok
Arisan Thalia melalui kegiatan arisan, pemilihan tempat makan, serta fashion
yang dikenakan. Gaya hidup sendiri tergantung pada bentuk kultural, masingmasing
merupakan gaya, tata karma, cara menggunakan barang-barang, tempat
dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu kelompok, tetapi bukanlah
keseluruhan pengalaman sosial mereka. Mereka mengklaim sebagai kelompok
arisan kelas menengah atas pertama di wilayah kota Jember, membuat mereka
begitu memikirkan fashion yang dikenakan untuk menjaga image mereka sebagai
bagian kelompok arisan kelas menengah atas. Berbelanja fashion merupakan
sebuah keharusan yang dijalankan oleh sebagian besar para anggota Arisan
Thalia, yang bahkan pada titik impulse buying yang menyebabkan mereka
terjebak dalam gaya hidup hedonis.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana para anggota
Arisan Thalia memaknai gaya hidup yang mereka pilih melalui kegiatan
arisan?.Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan makna kegiatan arisan
dalam pemilihan gaya hidup yang dilakukan oleh kelompok Arisan Thalia di
kabupaten Jember. Penelitian dilakukan pada kelompok Arisan Thalia di Jember.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dan pendekatan etnografi.
Teknik yang digunakan untuk menentukan informan yakni teknik purposive
sampling. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah sumber data
primer dan sekunder. Untuk mengkaji fenomena yang ada, penulis menggunakan
teori lifestyle (gaya hidup) David Chaney.
Hasil penelitian menunjukkan, setiap anggota pada umumnya tidak hanya
mengikuti satu (1) kegiatan arisan. Mereka juga mengikui kegiatan-kegiatan
arisan lain, selain Arisan Thalia. Motivasi yang diikuti pun tidak jauh berbeda
yaitu untuk memperluas jaringan sosial, ajang silahturahmi serta sebagai ajang
eksistensi diri. Eksistensi diri dapat diartikan sebagai keberadaan diri yang lebih
dikenal dengan pengakuan atau merasa diakui, terkenal dan keren. Muncul sebuah
kebanggan tersendiri karena telah bergabung dan menjadi anggota tetap di dalam
Arisan Thalia. Membawa predikat sebagai anggota arisan kelas menengah atas,
membuat para anggota Thalia untuk memperhatikan penampilan diri atau fashion
yang dikenakan. Mereka begitu menjaga penampilan diri di depan publik, dengan
menggunakan barang-barang kenamaan dunia, seperti Zara, Fossil, Michael Kors,
dan juga Chanel. Bukan hanya produk-produk kenamaan dunia, bagi mereka yang
telah berhijab pun menggunakan merek-merek ternama di Indonesia, dengan
ix
harga yang dipatok mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Pemenuhan atas
kebutuhan fashion yang tidak sedikit, terkadang membuat mereka terjebak dalam
impulse buying, dimana mereka tidak dapat mengerem kebiasaan berbelanja
mereka untuk membeli barang-barang fashion yang lebih karena lucu dan bagus,
bukan karena mereka benar-benar membutuhkan barang tersebut. Hal ini
membuat mereka terjebak dalam sebuah gaya hidup hedonis. Meskipun kelompok
Arisan Thalia dipertemukan melalui kegiatan di SD Al-Furqon pada 2004 silam,
anggota kelompok Thalia tetap menunjukkan fashion sesuai dengan kelas sosial
mereka. Karena dengan memperlihatkan ruang sosial dan ekonomi, kalangan
kelas menengah perkotaan mempunyai pandangan beragama yang unik. Posisi
status sosial dan tingkat intelektualitas melahirkan kebudayaan dan ideologi yang
mencerminkan posisi kelas mereka untuk mencari penilaian dan prestise sosial
mereka dikalangan masyarakat. Arisan, fashion, dan tempat makan telah menjadi
sebuah gaya hidup yang terus di konsumsi oleh kelompok Arisan Thalia