Peran Kader Dalam Meningkatkan Keberhasilan Program Pengobatan Pencegahan Tuberculosis Dengan Isoniazid (PP INH) Pada Balita Berdasarkan Teori ABC
Abstract
Tuberculosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang penting di dunia.Pemerintah telah melaksanakan program.pengobatan pencegahan dengan isoniazid (PP INH) pada anak sehat usia <5 tahun yang kontak dengan pasien tuberkulosis atau anak yang terinfeksi tuberkulosis tanpa sakit tuberkulosis. Puskesmas Tanggul termasuk dalam 10 besar penemuan kasus TB terbanyak dan dalam pelaksanaan program investigasi kontak penemuan suspek TB dengan pencapaian mendekati 100%. Pelaksanaannya ini tidak mudah dan cukup sulit mengobati balita sehat untuk diberikan PP INH. Cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB dengan melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan, memberdayakan kader dan masyarakat dapat mendukung keberhasilan suatu program. Teori yang digunakan untuk mengetahui peran kader TB adalah teori ABC (McSween, 2003) yaitu perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3 (tiga) elemen, yaitu Antecedents, Behaviour dan Consequences (A-B-C). Jadi sebuah Antecedents mendorong terbentuknya perilaku yang selanjutnya akan diikuti oleh sebuah Consequences.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penentuan informan dengan menggunakan teknik purposive dan didapatkan 5 (lima) informan utama dalam penelitian ini. Kriteria informan utama yang dipilih dengan ketentuan sebagai berikut: 1). Kader TB yang aktif melaksanakan tugasnya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan program PP INH di Puskesmas Tanggul Kabupaten Jember, 2) Kader TB yang mendapatkan pelatihan PP INH, 3) Bersedia sebagai informan penelitian. Selain dari informan utama, diperoleh informan tambahan yang dipilih oleh peneliti dalam rangka memperkaya data penelitian yaitu terdiri dari petugas TB Puskesmas dan keluarga yang mendapatkan PP INH. Data diperoleh dengan
ix
wawancara mendalam mengenai karakteristik, pengetahuan, sikap, peran kader TB sehingga menghasilkan suatu dampak positif. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode thematic content analysis (analisis isi berdasarkan tema). Penelitian juga melakukan triangulasi sumber dan teknik dengan petugas TB Puskesmas dan keluarga yang mendapatkan PP INH.
Hasil penelitian berdasarkan teori ABC menunjukkan umur > 40 tahun lebih siap dalam menjalankan program PP INH. Kader TB yang berpendidikan SMA lebih memiliki kesiapan dalam menjalankan program dengan bekal pengetahuan yang baik. Selain itu, kedua motivasi intrinsik dan ekstrinsik sama-sama mampu mempengaruhi motivasi kader TB. Petugas TB juga ikut andil menangani keterlambatan pencairan dana dengan menggantinya dengan uang sendiri.Masa kerja menjadi kader TB seluruhnya selama 1 tahun.Kader TB seluruhnya mendapatkan pelatihan berupa investigasi kontak. Sebagian besar kader TB memiliki pengetahuan baik tentang PP INHdan mempunyai sikap positif. Sebagian kecilnya pengetahuan tentang efek samping dan pengertian PP INH masih kurang.
Identifikasi dilakukan sesuai dengan SOP yang ada. Rujukannya dengan memberikan penjelasan, sesering mungkin mengunjungi keluarga balita juga menyedikan sarana transportasi untuk memudahkan keluarga balita. Pada saat identifikasi dan rujuk terduga TB kader melakukan secara personal dan juga bekerja sama sesama kader TB atau pun dengan kader posyandu dikarenakan kondisi medannya yang sulit. PMO diperankan keluarga balita (ibu balita) sendiri. Kader TB hanya sebatas memantau, menemui dan bertanya secara langsung kepada PMO balita atau pun melalui via telephone.
Pencatatan di lakukan di buku saku. Ada pula yang menyalin data TB dari buku saku ke buku yang lain bila sewaktu-waktu dibutuhkan diwilayah kerjanya. Pelaporannya hampir setiap minggunya di puskesmas atau pun diluar lingkungan puskesmas (tempat makan) dengan mendiskusikan kesulitan-kesulitan yan ada.Petugas TB juga mengadakan evaluasi sebelum atau sesudah melaksanakan program PP INH kepada kader TB. Peran kader TB yang baik dikarenakan dari perilaku petugas TBnya yang dapat meningkatkan semangat kerja kader.Selain
x
itu, kader TB mendapatkan reward berupa beberapa kali ditraktir makan sebagai bentuk ucapan terimakasih dari petugas TB.Keluarga balita juga memiliki keinginan yang tinggi agar balita tidak tertular TB dengan mau diberikan PP INH sejumlah 37 balita dari 54 penderita TB.
Kesimpulannya bagi kader TB lebih ditingkatkan lagi pengetahuan tentang PP INH dengan melakukan diskusi sebelum melakukan tindakan dan sesudah melakukan tindakan dengan petugas TB. Juga menyebarkan informasi PP INH ke lingkungan masyarakat, posyandu balita, posyandu lansia serta ke sesama tenaga kesehatan. Bagi masyarkat menumbuhkan sikap peduli dan waspada terhadap penyakit TB. Adanya pemberian reward kepada petugas TB Puskesmas yang melaksanakan tugasnya dengan baik. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan petugas TB dalam melaksanakan program PP INH.
Collections
- MT-Sciences of Health [112]