dc.description.abstract | Matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika
itu merupakan kegiatan mental yang tinggi (Hudojo, 1998). Matematika yang
bersifat abstrak menyebabkan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi oleh siswa
untuk mempelajarinya dan guru untuk mengajarkannya kepada siswa. Siswa
menganggap matematika sukar dipahami dan menjadi momok yang menakutkan.
(Adre’Heck,2003) menyatakan bahwa pendidikan matematika di Indonesia
menghadapi berbagai masalah diantaranya: sebagian besar sikap siswa terhadap
matematika negatif, selain itu siswa juga menganggap matematika sulit dan
membosankan.Ketakutan siswa terhadap matematika membuat siswa menjadi
tidak memahami konsep sehingga sulit memahami ilmu matematika. Konsep
dasar pada matematika harus benar-benar dikuasai sejak awal, sebelum
mempelajari matematika lebih lanjut. Dengan memahami konsep terlebih dahulu,
siswa akan lebih mudah menerima materi pelajaran selanjutnya.
Dari hasil pengamatan dibeberapa sekolah, masih ada beberapa guru yang
menggunakan metode pembelajaran klasik berbasis behaviorisme dalam
menyajikan pelajaran. Metode ini terpusat pada guru, sehingga dominasi guru
akan menyebabkan siswa hanya mendengarkan, mencatat dan mengerjakan
latihan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini cenderung
membosankan. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa belajar dengan
cara menghafal yang mengakibatkan tidak timbul pengertian atau pemahaman.
Selain itu, belajar matematika bagi siswa menjadi tidak bermakna, sehingga
pemahaman siswa tentang konsep matematika sangat lemah. | en_US |