Show simple item record

dc.contributor.authorAnastasia Yanuar Windiarni
dc.date.accessioned2013-12-18T04:08:13Z
dc.date.available2013-12-18T04:08:13Z
dc.date.issued2013-12-18
dc.identifier.nimNIM060910302154
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/9868
dc.description.abstractDahulu masyarakat Kampung Mandar mayoritas penduduknya adalah keturunan suku Bugis-Mandar. Seiring perkembangan jaman penduduk kampung Mandar tidak hanya keturunan Bugis-Mandar, saat ini juga terdapat suku Madura, suku Jawa dan etnis Cina yang juga ikut mendiami kampung Mandar. Mayoritas penduduk kampung Mandar beragama Islam, namun sampai saat ini mereka masih percaya dengan tradisi yang ditinggalkan oleh para leluhurnya (sinkritisme). Mereka menganggap bahwa leluhur mereka yang selama ini membantu dalam kehidupan, memberi limpahan rejeki dan memberi perlindungan kepada mereka dan anak cucunya. Hingga saat ini, kepercayaan itu masih ada dan masih dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Mandar. Salah satu bentuk kepercayaan atas kekuatan ghaib sebagai warisan leluhur tersebut adalah tradisi Saulak. Saulak adalah salah satu bentuk tradisi yang masih ada dan memiliki makna tersendiri bagi para pelakunya khususnya masyarakat Kampung Mandar keturunan Bugis- Mandar. Saulak membawa dampak atau koensekuensi moral, bagi masyarakat Kampung Mandar khususnya keturunan Bugis-Mandar untuk tetap menjaga eksistensinya sebagai “warisan leluhur “, sehingga secara langsung ataupun tidak langsung mewajibkan mereka untuk melestarikannya. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan makna budaya saulak bagi masyarakat nelayan Bugis-Mandar yang ada di Kampung Mandar Banyuwangi yang terdiri dari segi tata cara atau prosesi ritual saulak, dan makna simbolis yang ada pada setiap barang sesaji dan peralatan yang digunakan dalam prosesi ritual saulak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di perkampungan nelayan yaitu di Kampung Mandar Banyuwangi. Dengan jumlah informan pokok sebanyak 3 orang dan informan tambahan sebanyak 9 orang, teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling, sedangkan metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian untuk uji keabsahan data penulis menggunakan cross check, dan dilanjutkan menganalisis data dengan menelaah data, mengkategorikasikan, dan membuat abstraksi. Menurut Masyarakat Kampung Mandar khususnya keturunan Bugis-Mandar, Saulak memiliki makna kultural, makna kultural, makna sosial dan makna ekonomi. Pertama, makna kultural, yaitu memberi makan dan menghormati arwah leluhur, sebagai ucapan terimakasih telah memberikan perlindungan, rejeki dan lain sebagainya kepada anak cucunya. Kedua, makna keselamatan dalam kehidupan. Ketiga, makna sosial adalah, mempererat tali persaudaraan. Keempat, makna ekonomi, yaitu besarnya biaya Saulak dapat memperbaiki kehidupan financial dari sang dukun.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060910302154;
dc.subjectMakna Budaya Saulaken_US
dc.titleMAKNA BUDAYA SAULAK PADA MASYARAKAT NELAYAN BUGISen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record