Show simple item record

dc.contributor.advisorTRI H, Yennike
dc.contributor.advisorSANDRA, Christyana
dc.contributor.authorYUNISTASARI, Nike Dessy
dc.date.accessioned2020-04-29T02:22:11Z
dc.date.available2020-04-29T02:22:11Z
dc.date.issued2019-07
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/98589
dc.description.abstractMetode ICF (Intensified Case Finding) merupakan metode penemuan kasus kusta secara aktif dalam Program Pengendalian Penyakit Kusta (P2 Kusta). Deteksi penyakit kusta secara dini akan membantu menurunkan angka kecacatan pada penderita dimana kecacatan tersebut dapat menjadi cacat permanen apabila tidak mengkonsumsi obat secara rutin. Oleh karena angka kecacatan kusta di kabupaten Jember 18%, maka diadakanlah Implementasi Metode ICF (Intensified Case Finding) di 11 Puskesmas yang endemik dengan penyakit Kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Metode ICF (Intensified Case Finding) dalam Program Pengendalian Penyakit Kusta (P2 Kusta) di Kabupaten Jember Tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Juni 2019. Jumlah responden adalah 11 orang Pemegang Program P2 Kusta. Puskesmas yang diteliti adalah Puskesmas Kalisat, Pakusari, Gladak pakem, Panti, Lodjedjer, Sabrang, Rowotengah, Kencong, Semboro, Umbulsari dan Karangduren. Data primer diperoleh melalui wawancara, dokumentasi dan pengisian kuesioner. Data sekunder berupa jumlah penderita Kusta yang terdaftar, dan rekapitulasi capaian penemuan kasus kusta di masing-masing Puskesmas. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam faktor input, pemegang Program P2 Kusta sebagian besar terletak dalam kelompok usia Dewasa Awal (26 s.d 35 tahun) sebesar 45,45%, dimana kelompok usia tersebut masih produktif untuk pengembangan diri serta pengembangan program pengendalian penyakit kusta (P2 Kusta). Pada umumnya, pemegang program pada kelompok usia tersebut memiliki kemampuan beraktivitas yang masih cukup baik. Hal ini adalah suatu potensi dalam kegiatan penemuan penderita kusta. Mayoritas responden dari penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu 72,73% dan sebagian besar berpendidikan terakhir DIII Keperawatan sebesar 90,9%.. Sebagian besar Puskesmas melibatkan ≥ 1 orang dengan jumlah perawat <8 orang. Semakin sedikit jumlah perawat yang terlibat maka tujuan dalam Implementasi Metode ICF juga akan tidak tercapai secara maksimal. Pemegang Program P2 Kusta di sebagian besar Puskesmas memiliki pengetahuan yang kurang mengenai Implementasi Metode ICF yakni sebesar 63,64% dengan jumlah 7 orang. Dana kegiatan Implementasi Metode ICF dalam penelitian ini didapatkan dari Pemerintah. Sebagian besar puskesmas melampirkan laporan keuangan dari kegiatan Implementasi ICF tersebut sebesar 54,5% dengan jumlah 6 Puskesmas. Kesesuaian penggunaan dana dengan ketentuan Dinas Jember terdapat pada 7 Puskesmas (63,6%), hal ini karena masing-masing Puskesmas memiliki tim yang berbeda-beda antara perawat, dokter dan kader. Sarana dan prasarana yang diberikan untuk kegiatan Implementasi Metode ICF ini adalah Form Pelacakan Kusta dan kipas edukasi, sarana dan prasarana ini sudah memenuhi kebutuhan menurut 8 orang pemegang Program P2 Kusta. Tidak ada panduan khusus atau petunjuk teknis dalam kegiatan Implementasi metode ICF ini. Perencanaan kegiatan terdiri dari rencana kerja dan pelatihan. Seluruh Puskesmas menyusun rencana kerja dan tidak ada pelatihan khusus dalam kegiatan Implementasi Metode ICF ini. Sebagian besar Puskesmas memiliki pembagian kerja tim secara intern yaitu sebesar 54,5% dengan jumlah 8 Puskesmas, disamping itu sebelum kegiatan Implementasi Metode ICF dimulai terlebih dahulu diadakan koordinasi lintas sektor untuk memperlancar pelaksanaan di masyarakat.Pada implementasi metode ICF tersebut, terdapat kendala-kendala dimanasebagian besar Puskesmas dapat menyelesaikannya yaitu sebesar 72,7% denganjumlah 8 Puskesmas. Peran kader dibutuhkan selama kegiatan berlangsung, mayoritas kader berperan ≥50% di sebagian besar Puskesmas, yaitu sebesar 54,5% (6 Puskesmas). Implementasi Metode ICF ini sebagian besar Puskesmas tidak sesuai dengan arahan dari Dinas Kesehatan yakni sebesar 54,5% (6 Puskesmas) karena budaya masyarakat dan pengalaman pemegang Program yang berbeda-beda di setiap Puskesmas. Mayoritas Puskesmas telah memenuhi target capaian penemuan kasus baru yaitu 72,7% dengan jumlah 8 Puskesmas. Untuk itu, diharapkan bagi Pemerintah Kabupaten Jember untuk menyusun petunjuk teknis mengenai metode ICF (Intensified Case Finding) sehingga seluruh Puskesmas se-Kabupaten Jember dapat mempelajari dengan baik dan melaksanakan deteksi dini kusta secara aktif dan mandiri. Disamping itu Puskesmas lebih berdedikasi dalam menemukan kasus kusta secara aktif untuk mencapai eliminasi kusta tahun 2020 dan bagi peneliti lain disarankan agar dapat melanjutkan penelitian tentang Implementasi Metode ICF (Intensified Case Finding) yang dilaksanakan tahun 2019.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherBagian Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jemberen_US
dc.relation.ispartofseries142110101204;
dc.subjectMetode ICF (Intensified Case Finding)en_US
dc.subjectPetugas Kesehatanen_US
dc.subjectImplementasi Metode ICF (Intensified Case Finding)en_US
dc.subjectProgram Pengendalian Penyakit Kustaen_US
dc.subjectPenyakit Kustaen_US
dc.titlePeran Petugas Kesehatan Terhadap Implementasi Metode Icf (Intensified Case Finding) Dalam Program Pengendalian Penyakit Kusta DI Kabupaten Jember Tahun 2018en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi211010


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record