dc.description.abstract | Morfem merupakan satuan terkecil dalam kata yang tidak dapat dipisahkan lagi
(Rohmadi, dkk., 2009: 7) Ada tiga jenis proses morfologis yaitu afiksasi (kata
berafiks atau kata imbuhan), reduplikasi (kata ulang), dan kompositum (kata
majemuk). Penelitian ini dititikberatkan pada siswa penderita keterbelakangan mental
yaitu siswa tunagrahita. IQ pada anak tunagrahita berkisar antara 70 ke bawah. Siswa
tunagrahita memiliki keterbatasan kognitif yang memengaruhi pemahaman mereka.
Kompetensi morfologis perlu dikuasai oleh peserta didik, baik siswa normal atau
siswa tunagrahita. Kompetensi morfologis siswa tunagrahita perlu ditingkatkan, karena mengalami keterlambatan dalam proses perkembangan. Proses perkembangan
tersebut dipengaruhi oleh perkembangan kognitif yang dimiliki siswa tunagrahita. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui kompetensi
morfologis yang dimiliki siswa tunagrahita. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah (a) bagaimanakah kompetensi
siswa tunagrahita dalam menggunakan kata berafiks di SLBN Patrang Jember?, (b) bagaimanakah kompetensi siswa tunagrahita dalam menggunakan kata ulang di
SLBN Patrang Jember?, (c) bagaimanakah kompetensi siswa tunagrahita dalam
menggunakan kata kompositum di SLBN Patrang Jember?, (d) bagaimanakah
kompetensi morfologis siswa tunagrahita yang tergolong mampu didik di SLBN
Patrang Jember?, dan (e) bagaimanakah faktor yang memengaruhi kompetensi
morfologis siswa tunagrahita yang tergolong mampu didik. Tujuan penelitian ini
adalah (a) untuk mendeskripsikan kompetensi siswa tunagrahita dalam menggunakan
kata berafiks di SLBN Patrang Jember, (b) kompetensi siswa tunagrahita dalam
menggunakan kata ulang di SLBN Patrang Jember, (c) kompetensi siswa tunagrahita
dalam menggunakan kata kompositum di SLBN Patrang Jember, (d) kompetensi
siswa tunagrahita dalam menggunakan morfologis di SLBN Patrang Jember, dan (e)
faktor yang mempengaruhi kompetensi morfologis siswa tunagrahita yang tergolong
mampu didik. Rancangan dan jenis penelitan yang digunakan adalah kuantitatif- psikolinguistik deskriptif. Data dalam penelitian ini yaitu hasil tes kompetensi
morfologis siswa tunagrahita yang tergolong mampu didik. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan wawancara. Analisis data
dalam penelitian ini dengan cara (1) seleksi data, (2) menentukan skor, (3)
menentukan persentase, dan (4) menentukan faktor yang memengaruhi kompetensi
morfologis siswa tunagrahita. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes tertulis objektif dengan pilihan ganda tentang kata berafiks, tentang kata ulang,
dan tentang kata majemuk. Hasil dan pembahasan penelitian kompetensi morfologis siswa tunagrahita
yang tergolong mampu didik di SLBN Patrang Jember, dapat disimpulkan bahwa
siswa tunagrahita yang tergolong mampu didik di SLBN Patrang Jember berkategori
(1) sangat mampu dalam menggunakan kata berafiks, (2) mampu dalam
menggunakan kata ulang, (3) mampu dalam menggunakan kata majemuk, (4) mampu
dalam kompetensi morfologis. Berasarkan hasil wawancara, secara umum faktor yang
ditemukan kesalahan siswa dalam memilih jawaban ada 3, faktor eksternal, faktor
pendekatan belajar, dan faktor internal. Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (1) bagi guru SLB yang
menangani tunagrahita, hasil penelitian ini disarankan dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman guru mengenai penggunaan kata berafiks, kata ulang, dan kata
majemuk; (2) bagi mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, hasil penelitian ini disarankan sebagai bahan diskusi mata kuliah
Morfologi; dan (3) bagi peneliti lain sebidang ilmu, disarankan untuk melakukan
penelitian lanjutan seperti penelitian tindakan kelas untuk memaksimalkan
kompetensi morfologis siswa tunagrahita yang tergolong mampu didik. | en_US |