dc.description.abstract | Kajian mengenai ritual agraris dan bahari ini merupakan pengembangan
dari
buku
yang
pernah
dipublikasi
sebelumnya
berjudul
Etnografi
Seni
Tradisi
dan
Ritual
Banyuwangi
(2019).
Dengan
mengikuti
perkembangan
pelaksanaan
ritual yang
masih terus
diselenggarakan
dan
dihidupi oleh masyarakat
pendukungnya,
tampak ada dinamika
yang
dipandang
perlu
disampaikan
kepada
masyarakat,
ilmuwan,
dan
pemerhati
budaya
Banyuwangi.
Hal itu mendorong
tim penulis buku
untuk
mengembangkan
secara
khusus pelaksanaan
ritual agraris
dan
bahari
yang
ada di Banyuwangi.
Ritual berbasis budaya agraris, yaitu Seblang Olehsari, Seblang
Bakungan, Keboan Aliyan, Kebo-keboan Alasmalang, dan Barong Ider
Bumi Desa Kemiren hingga saat ini masih terus dihidupi oleh masya-
rakat pendukungnya. Hasil observasi dan partisipasi yang dila kukan
dalam sepanjang perjalanan penelitian menunjukkan bahwa dalam
setiap pelaksanaan ritual disertai dengan memanjatkan doa yang
dilakukan secara Islam. Sementara itu, Bupati Banyuwangi dalam
kesempatan pelaksanaan ritual juga memberikan santunan kepada anak-anak yatim yang merupakan realisasi dari ajaran agama Islam.
Doa yang disampaikan sesuai dengan ajaran agama menunjukkan
bahwa masyarakat menempatkan agama sebagai superordinat yang
menyatukan masyarakat dan menempatkan Tuhan Yang Maha Esa
sebagai kekuatan yang utama dan sumber keselamatan manusia.
Sementara itu, kewajiban adat melaksanakan ritual menjadi repre-
sentasi yang menunjukkan identitas budaya masyarakat. Pemerintah
dan masyarakat Banyuwangi menempatkan ritual sebagai peristiwa
budaya yang ditempatkan dalam agenda budaya yang disatukan
dalam Calender Banyuwangi Festival (CBF). Kalangan masyarakat dan
birokrat Banyuwangi kenunjukkan keakraban dengan istilah B-Fes,
yang merupakan akronim dari Banyuwangi Festival. Tahun 2020 ini
B-Fes berisi 123 agenda kegiatan budaya. | en_US |