Show simple item record

dc.contributor.authorSalindri, Dewi
dc.date.accessioned2020-02-17T04:24:26Z
dc.date.available2020-02-17T04:24:26Z
dc.date.issued2015-06-01
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/97245
dc.description.abstractPeranan guru kurang penting pada awal Pemerintah Kolonial Belanda di Hindia Belanda, karena belum ada sistem pendidikan terencana. Namun semenjak tahun 1848 Pemerintah Kolonial Belanda menyediakan anggaran belanja bidang pendidikan bagi pribumi sebesar 25.000 gulden, artinya peranan guru mulai diperhatikan sesuai dengan situasi di Belanda maupun di Hindia Belanda, walaupun ada diskriminasi. Peranan guru meningkat sejak pemerintah banyak mendirikan sekolah formal tingkat rendah, sehingga Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1892 memutuskan untuk mengangkat guru tanpa pendidikan guru, tetapi melalui ujian guru. Cara ini dilakukan, karena sedikit yang mau menjadi guru, bahkan profesi guru hanya dipakai sebagai batu loncatan menjadi pegawai pamongpraja.Untuk menarik minat siswa supaya memasuki Sekolah Guru, maka Pemerintah Kolonial Belanda berusaha memberikan fasilitas yang menarik bagi calon siswa. Peranan guru semakin meningkat ketika politik etis dicanangkan. Secara politis peranan guru diharapkan dapat meningkatkan loyalitas pribumi kepada pemerintah dan bagi pribumi peranan guru mampu meningkatkan status sosialnya untuk memasuki dunia kepriyayian.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherJurnal HISTORIA UNEJ, Vol. 9, No. 1, Juni 2015en_US
dc.subjectguruen_US
dc.subjectpriyayien_US
dc.subjectpamongprajaen_US
dc.titlePeranan Guru Pada Masa Kolonial Belandaen_US
dc.typeArticleen_US
dc.identifier.kodeprodikodeprodi0110301#Sejarah
dc.identifier.nidnNIDN0006116212


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record