dc.description.abstract | Gangguan fungsi kognitif pada lansia merupakan salah satu masalah yang ditemukan di Indonesia.
Fungsi kogniif berkaitan dengan gaya hidup seseorang misalnya akivitas isik. Akivitas isik mampu
meningkatkan pertumbuhan saraf otak sehingga mempengaruhi fungsi kogniif lansia. Namun mayoritas
lansia lebih memilih menerapkan sedentary lifestyle. Sedentary merupakan gaya hidup dengan menerapkan
perilaku duduk, bersandar, dan berbaring yang dilakukan mulai dari bangun idur hingga sebelum idur
malam secara terus-menerus. Tujuan peneliian ini yaitu menganalisis hubungan antara sedentary
lifestyle dengan fungsi kogniif lansia (lansia) di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha
(UPT PSTW) Jember. Peneliian ini menggunakan desain cross-secional pada 84 lansia yang inggal di UPT
PSTW Jember dengan convenience sampling. Sosiodemograi responden diukur menggunakan kuesioner,
sedentary lifestyle diukur menggunakan Global Physical Acivity Quesionnaire (GPAQ), dan fungsi kogniif
diukur menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE). Peneliian ini menggunakan uji Spearman rank
untuk menjawab tujuan peneliian. Lama waktu sedentary lifestyle pada 84 lansia di UPT PSTW adalah
405 menit/hari. Nilai tersebut lebih pendek dari pada nilai standar (Ƶ = 1,377; p = 0,045). Lansia di UPT
PSTW Jember memiliki nilai fungsi kogniif 27. Nilai tersebut lebih inggi daripada nilai standar (Ƶ = 1,401;
p = 0,040) sehingga lansia memiliki fungsi kogniif utuh. Sedentary lifestyle berhubungan dengan fungsi
kogniif, semakin pendek waktu sedentary lifestyle maka fungsi kogniif semakin meningkat (r = -0,470; p
< 0,001). Oleh karena itu, diperlukan intervensi berupa pembuatan jadwal akivitas isik ruin dan laihan
aerobik untuk mempertahankan fungsi kognitif lansia. | en_US |