Show simple item record

dc.contributor.authorSetiawan, Ikwan
dc.contributor.authorTallapessy, Albert
dc.contributor.authorSubaharianto, Andang
dc.date.accessioned2020-01-08T03:37:38Z
dc.date.available2020-01-08T03:37:38Z
dc.date.issued2017-06-01
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/96966
dc.description.abstractThis article aims to criticize the incorporation and commodification of Using cultures undergone by Abdullah Azwar Anas in Banyuwangi, East Java. To answer the problem, we analyze primary data from our field research and secondary data from online media related to AAA’s efforts to incorporate, articulate, and commodify Using cultures into various carnival programs (2011-2017) by applying theories of commodification, postmodernism, and hegemony. The result of this study shows that, driven by his desire to promote Using cultures globally in the midst of postmodern trends, since 2011 the government of Banyuwangi has created many carnivals and festivals, such as “Banyuwangi Ethno Carnival”, “Banyuwangi Beach Jazz Festival”, “Parade Gandrung Sewu”, and other various programs. Economically, the programs are idealized to support the regional economic growth through tourism activities, both for domestic and international tourists, by displaying traditional expressions with new styles and performances. Politically, the carnivals and festivals can support AAA efforts to negotiate its political concern in order to produce consensus. [Artikel ini hendak mengkritisi proses inkorporasi dan komodifikasi budaya Using yang dijalankan oleh Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur. Untuk menjawab permasalahan tersebut, kami menganalisis data primer dari penelitian lapangan dan data sekunder dari media online yang terkait usaha AAA untuk menginkorporasi, mengartikulasikan, dan mengkomodifikasi budaya Using ke dalam bermacam program karnaval (2011-2017) dengan menerapkan teori komodifikasi dan hegemoni. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa, digerakkan oleh hasratnya untuk mempromosikan budaya Using secara global di tengah-tengah trend pascamodern, sejak 2011 pemerintah Banyuwangi menciptakan banyak karnaval dan festival, seperti “Banyuwangi Ethno Carnival”, “Banyuwangi Beach Jazz Festival’, “Parade Gandrung Sewu”, dan bermacam program lainnya. Secara ekonomis, program tersebut diidealiasi mendukung pertumbuhan ekonomi regional melalui aktivitas pariwisata, untuk wisatawan domestik dan internasional, dengan memamerkan ekspresi tradisional dengan gaya dan tampilan baru. Secara politis, festival dan karnaval tersebut bisa mendukung usaha AAA untuk menegosiasikan kepentingan politiknya agar memroduksi konsensus.]en_US
dc.language.isoenen_US
dc.publisherKarsa: Journal of Social and Islamic Culture, Vol. 25 No.1, June 2017, pp. 147-178en_US
dc.subjectUsingen_US
dc.subjectBanyuwangi Festivalen_US
dc.subjecttourismen_US
dc.subjectpost-modernen_US
dc.subjecthegemonyen_US
dc.titleExertion of Cultures and Hegemonic Power in Banyuwangi: The Midst of Postmodern Trendsen_US
dc.typeArticleen_US
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI0110101#Sastra Inggris
dc.identifier.nidnNIDN0026067802
dc.identifier.nidnNIDN0011046306
dc.identifier.nidnNIDN0017046502


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record