dc.description.abstract | Setiap harinya sekitar 830 perempuan meninggal dengan penyebab kehamilan
dan melahirkan yang dapat dicegah, 99% kematian ibu tersebut terjadi di negara
berkembang. Perdarahan postpartum primer menjadi penyebab utama hampir 25%
dari seluruh kematian ibu secara global. Penyebab utama kematian ibu di
Indonesia tahun 2017 adalah perdarahan postpartum (27,1%) dan hipertensi
(22,1%). Perdarahan postpartum juga menjadi salah satu penyebab utama
kematian ibu di tahun 2015 dan 2016, yaitu 31% dari 4.999 kematian dan 29,2%
dari 4.912 kematian. Selain menyebabkan kematian, perdarahan postpartum juga
menimbulkan komplikasi yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi pada
kehamilan dan persalinan selanjutnya. Perdarahan postpartum merupakan
permasalahan di tingkat nasional. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan
penelitian tentang faktor risiko perdarahan postpartum di Indonesia.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2018
menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Unit
analisis dalam penelitian ini berjumlah 11.369 wanita usia subur yang melahirkan
anak terakhir secara pervaginam dalam lima tahun terakhir sebelum survei.
Teknik analisis data menggunakan uji chi square dan logistic regression dengan α
0,05 (5%). Variabel yang diteliti terdiri dari usia saat persalinan, paritas, jarak
kelahiran, status ekonomi, jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan,
kelengkapan komponen pemeriksaan kehamilan, suplementasi zat besi, dan
kehamilan kembar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita usia subur (WUS) di Indonesia
sebagian besar melahirkan anak terakhir di usia 20-35 tahun (77,3%). Lebih dari
separuh WUS di Indonesia memiliki 2-3 anak (52,7%). Jarak kelahiran anak
terakhir WUS di Indonesia sebagian besar ≥ 24 bulan (62,8%). Status ekonomi
keluarga WUS di Indonesia berturut-urut dari yang jumlahnya terbanyak adalah
sangat miskin, miskin, menengah, kaya, dan sangat kaya. Mayoritas WUS di
Indonesia telah melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga (73,8%).
Mayoritas komponen pemeriksaan kehamilan pada WUS di Indonesia tidak
lengkap (79,3%). Wanita usia subur di Indonesia mayoritas telah mendapatkan zat
besi (88,0%). Lebih dari separuh WUS di Indonesia mengkonsumsi zat besi <90
hari (58,3%). Hampir seluruh kehamilan WUS di Indonesia merupakan kehamilan
tunggal (99,4%). Terdapat 2401 wanita yang mengalami perdarahan postpartum
primer pada persalinan anak terakhir 21,1%. Hasil analisis bivariabel
menunjukkan bahwa faktor antenatal berhubungan dengan kejadian perdarahan
postpartum di Indonesia yaitu pada variabel usia saat persalinan (OR=0,587 &
OR=0,813), paritas (OR=1,129 & OR=0,835), status ekonomi (OR=0,484,
OR=0,622, OR=0,666, dan OR=0,855), pemeriksaan kehamilan (OR=0,559 &
OR=0,281) dan suplementasi zat besi (OR=0,558), namun asosiasi tersebut tidak
prediktif. Hasil Nagelkerke R2
, Hosmer and Lemeshow Test, dan Overall
Percentage menunjukkan bahwa variabel tersebut mampu menjelaskan
keragaman total dari kejadian perdarahan postpartum, klasifikasi prediksi sesuai
dengan klasifikasi yang diamati, dan model dapat mengklasifikasikan obyek
secara benar sebesar 79,1%.
Institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan
antenatal yang sesuai standar sehingga dapat mencegah komplikasi, mendeteksi
adanya komplikasi sedini mungkin, serta mempersiapkan persalinan yang bersih
dan aman, sekaligus mampu menangani situasi kegawatdaruratan karena dalam
beberapa kasus perdarahan postpartum terjadi pada ibu yang tidak memiliki faktor
risiko. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan
menambah variabel bebas yaitu variabel intrapartum, misalnya metode persalinan,
durasi persalinan, manajemen aktif kala tiga, serta riwayat penyakit dengan
menggunakan data berbasis fasilitas pelayanan kesehatan. | en_US |