Now showing items 1-1 of 1

    Permasalahan yang sering terjadi pada petani salak adalah kerugian akibat jumlah salak yang terjual sangat sedikit karena tidak memenuhi kriteria para pembeli/tengkulak, sehingga buah salak yang kecil banyak terbuang, yang sebenarnya masih layak untuk dikonsumsi. Pembeli/tengkulak hanya mengambil salak-salak yang tergolong besar, hal ini menyebabkan kerugian di pihak petani, dengan harga Rp. 3.500,- sd Rp. 4.000,- per kilogramm dan harga salak sortiran (kecil) hanya Rp. 1.000,- per kilogram. Selain murahnya yang diberikan oleh tengkulak, meningkatnya jumlah panen menyebabkan harga salak mencapai Rp. 1.500,- per kilogram. Kondisi harga yang murah menyebabkan para petani berinisiatif untuk meningkatkan pendapatan dengan cara memproduksi kripik salak yang mampu meningkatkan harga salak mencapai Rp. 10.000,- sd. Rp. 15.000,- per kilogram. Masukan teknologi penggorengan hampa sangat penting bagi masyarakat tersebut untuk meningkatkan nilai jual salak sortiran menjadi salah olahn bernilai jual tinggi. Program IBM menjadi sarana pembantu dan penyemangat warga KWM Taman Ayu dalam manjalankan industri kecil untuk lebih maju dan bersaing dengan indutri makanan olahan di Kabupaten Lumajang. Dengan masukan teknologi tersebut, banyak buah salak yang apabila dijual harganya sangat murah dapat diubah menjadi kripik salak yang harganya menjadi lebih mahal. (1)