dc.description.abstract | Indikator kinerja pelayanan juga meliputi BOR, ALOS, TOI, GDR, NDR,
dan lain sebagainya. RSIA Srikandi IBI Jember belum memaksimalkan kinerjanya
dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Hal ini bisa dilihat dari indikator
kinerja pelayanan rumah sakit yang belum baik. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun 2013 hingga 2016, tercatat indikator
pelayanan seperti BOR, ALOS dan BTO tidak sesuai dengan nilai ideal
sebagaimana ketetapan Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2005. Selain itu,
SPM (Standart Pelayanan Minimal) pada pelayanan rawat jalan di RSIA Srikandi
IBI Jember pada tahun 2012 sebesar 57,14%. Sedangkan pada tahun 2013 sebesar
57,14%. Pencapaian SPM tersebut belum sesuai dengan angka yang ditetapkan
oleh Peraturan Menteri Kesehatan nomor 129 tahun 2008 yakni sebesar 100%.
Menurut Whittaker (2002) dalam Nurhapna et al (2014:91), ”kinerja rumah sakit
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah perencanaan strategis.”
Pelaksanaan perencanaan strategis di RSIA Srikandi IBI Jember belum maksimal.
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan menyatakan bahwa pada tahun 2016
RSIA Srikandi IBI Jember belum melaksanakan analisis manajemen secara
menyeluruh, tetapi analisis manajemen hanya dilakukan pada unit rekam medis.
Pelaksanaan perencanaan strategis yang belum maksimal dikarenakan kurangnya
SDM dengan latar belakang pendidikan manajemen kesehatan dan banyak dari
SDM di RSIA Srikandi memiliki pekerjaan ganda. Oleh sebab itu penting untuk
mengkaji perencanaan strategis rumah sakit di RSIA Srikandi IBI Jember.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus.
Penelitian dilakukan di RSIA Srikandi IBI Jember. Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah perencanaan strategis yang meliputi pengembangan visi dan
misi, analisis lingkungan internal dan eksternal, penentuan tujuan, penentuan
strategi, tingkatan strategi, kebijakan, serta strategi dan kewirausahaan rumah
sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa visi misi berasal dari yayasan yang
ditinjau secara berkala oleh rumah sakit melalui rapat besar bersama direktur dan
karyawan struktural. Seluruh karyawan mengetahui dan memahami visi misi
rumah sakit. Analisis lingkungan internal dan eksternal rumah sakit menggunakan
analisis SWOT. Analisis lingkungan berkala telah dilakukan, tetapi hanya sampai
pada tahap identifikasi saja, belum dilakukan analisis karena kurangnya SDM dan
kecenderungan adanya double job. Analisis lingkungan dilakukan oleh tim, di
dalamnya belum mencakup tenaga medis seperti dokter dan perawat selaku
karyawan fungsional. Tujuan rumah sakit sudah sesuai dengan misi. Tujuan
keuangan, jangka pendek dan tujuan jangka panjang sudah dicapai dengan cukup
baik. Terdapat tujuan strategis yang berkaitan dengan pertumbuhan jumlah
konsumen, namun kurang tercapai karena jumlah kunjungan pasien rawat inap
dan rawat jalan belum stabil setiap tahunnya. Strategi rumah sakit didasarkan pada
HBL, analisis lingkungan internal dan eksternal, dan analisis IPTEK. penentu
strategi dilakukan oleh tim analisis lingkungan. Rumah sakit memiliki 5 poin
strategi. Tiap unit di rumah sakit telah mengembangkan strategi tersendiri yang
tetap sesuai dengan strategi rumah sakit.. Kebijakan rumah sakit yang diterapkan
di tiap unit diwujudkan dalam bentuk SOP dan SPM yang ditetapkan oleh
direktur. Analisis perubahan dan perkembangan lingkungan bisnis rumah sakit
dilakukan dengan memasang kotak saran; meningkatkan mutu pelayanan, SDM,
sarana pra sarana; mempelajari market trends yang berkaitan dengan tarif layanan. | en_US |