Potensi Bakteri Antagonis Serratia Marcescens Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenesis dan Bakteri Vibrio Cholera Secara in Vitro Serta Pemanfaatannya Sebagai Buku Ilmiah Populer
Abstract
Di Indonesia penyakit infeksi merupakan masalah yang sangat tinggi
dikalangan masyarakat. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia yang diunggah
tahun 2014, penyakit infeksi menempati urutan ke-2 dalam 10 penyebab
kematian di rumah sakit salah satunya penyakit infeksi diare. Berdasarkan survei
kesehatan rumah tangga tahun 2007, penyebab utama kematian antara lain 28,1%
disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasit, 18,9% disebabkan oleh penyakit
vaskuler, dan 15,7% disebabkan oleh penyakit pernafasan. Penyakit infeksi
pernafasan atas diantaranya influenza, radang amandel, dan radang tenggorokan.
Salah satu penyakit infeksi yang sering dialami masyarakat Indonesia yaitu
amandel.
Penyakit amandel (tonsillitis) salah satunya disebabkan oleh bakteri
Steptococcus pyogenes dimana gejala yang ditimbulkan dapat menginfeksi ketika
pertahanan tubuh inang menurun atau ketika organisme tersebut mampu
berpenetrasi melewati pertahanan inang yang ada. Pengobatan untuk radang
amandel biasanya menggunakan ibuprofen, paracetmol, dan aspirin. Hal ini
dekarenakan paracetamol dan aspirin dapat menurunkan demam, radang
tenggorokan, dan sakit kepala, namun pemberian obat antibiotik terlalu sering
akan menyebabkan resistensi terhadap bakteri tersebut sehingga perlu adanya
antibiotik pengganti untuk menanggulangi resistensi tersebut. Bakteri lain
penyebab infeksi infeksi yang sangat mematikan adalah kolera yang meyebabkan
diare akut dimana infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera.
Kolera merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian anak di dunia. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap
tahun akibat diare atau sekitar 460 balita setiap harinya. Disamping itu
berdasarkan data dari RISKESDAS 2013 prevalensi diare di Jawa Timur sebesar
4,7%. Angka ini menunjukkan prevalensi diare di Jawa Timur masih cukup tinggi
Bakteri yang sering menyebabkan diare akut adalah Vibrio cholerae dan penyakit
yang ditimbulkan disebut kolera. Gejala yang ditimbulkan meliputi muntah,
buang air besar seperti air beras dalam jumlah banyak yang mengakibatkan
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan naiknya keasaman darah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris. Kemudian,
hasil dari penelitian laboratoris tersebut dikembangkan berupa produk buku
ilmiah populer. Penelitian ini dilakukan di Sub Laboratorium Mikrobiologi
Pendidikan Biologi Universitas Jember selama 4 bulan mulai dari tanggal 22
Desember 2017 sampai tanggal 1 Maret 2018. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL). Di mana rancangan acak lengkap tersebut terdiri
dari 1 perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Kontrol pada penelitian ini yaitu
kontrol positif dan kontrol negatif. Kontrol positif yaitu dengan zat antibakteria
koramfenikol, sedangkan kontrol negatif yaitu Aquadest steril.
Dari hasil uji akhir dapat dilihat dari pengukuran zona hambat dimana
rata-rata hambatan bakteri Streptococcus pyogenesis lebih kecil dibandikan zona
hambat dari bakteri Vibrio cholera, hal ini diduga bakteri Vibrio chlorea memiliki
lapisan struktur dinding sel yang lebih tipis (10-15mm) dibandingkan bakteri
Streptococcus pyogenesis sehingga prodigiosin dengan mudah mendenaturasi
dinding sel dan dapat menyebabakan kerukasakan pada DNA. Zat prodigosin
dapat merangsang terjadinya apopotosis pada sel bakteri, sehingga komponen
bioaktif dapat menganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan DNA),
menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya dapat
menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses
pembelahan sel untuk pembiakan, sel bakteri akan mengalami lisis pada beberapa
organel sel dan akan kehilangan fungsi untuk menjalankan fungsinya