Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuran di Pasar Tanjung Kabupaten Jember dan Pemanfaatannya sebagai Buku Karya Ilmiah Populer
Abstract
Sayuranan merupakan salah satu tanaman produktif pertanian. FAO dan
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura memperkirakan
produksi sayuranan di Indonesia mencapai 10.507.836 ton per tahun.
Melimpahnya produksi sayuranan di Indonesia diiringi dengan potensi produk
menjadi sampah. Hal ini dikarenakan sayuranan merupakan bahan makanan yang
mudah rusak karena memiliki kadar air yang tinggi.
Volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), berdasarkan data
Dinas Kebersihan dan Pengelolaan sampah TPA Pakusari Kabupaten Jember pada
bulan Februari 2018, jumlah gunungan sampah mencapai 600 meter kubik dan
sampah yang diangkut ke TPA Pakusari setiap harinya mencapai 1.460 m3
.
Macam-macam sampah yang dihasilkan tersebut meliputi sampah organik yang
presentasenya 81,9%, non organik 13,6% dan sampah beracun (sampah baterai,
sampah medis dan sampah sisa kemasan pestisida) sebesar 4,5%. Presentase
sampah pasar sebesar 56% atau 32 ton/hari pada umunya dikumpulkan dan
dibuang ke tempat pembuangan akhir. Oleh karena itu diperlukan pemanfaatan
sampah sayuran secara berlanjut sehingga dapat mengurangi jumlah penumpukan
limbah pasar yang semakin hari semakin meningkat.
Limbah sayuran adalah limbah padat organik, terdiri dari kumpulan
berbagai macam sayuranan hasil sortir atau sampah sayuran karena sudah tidak
layak jual. Limbah sayuran merupakan limbah organik dengan biomassa berat
keringnya mengandung pati, hemiselulosa, dan selulosa (Irawan, 2010). Menurut
Kim dkk. dalam Hasanah dan Saskiawan (2015), selulosa merupakan polimer
linear glukosa dengan ikatan β-1,4-glikosidik. Enzim yang dapat mendegradasi
selulosa adalah enzim selulose. Enzim selulose mampu menghidrolisis ikatan β1,4-glikosidik pada molekul selulosa sehingga menghasilkan glukosa (Sinatari,
2013). Selulosa dirombak oleh mikroba selulosa, salah satu mikroba selulosa
adalah fungi selulolitik (Hasanah dan Saskiawan, 2015). Pemanfaatan fungi yang
memiliki potensi selulolitik sebagai pendegradasi limbah sayuran lebih efektif
dibandingkan bakteri. Hal tersebut didukung oleh beberapa ketentuan yaitu tidak
toksik, mudah dalam aplikasi, biaya murah dan produknya cukup baik (Nasution
dkk., 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isolat fungi dari limbah
sayuranan di pasar Tanjung kabupaten Jember yang memiliki potensi untuk
mendegradasi selulosa. Isolat fungi selulolitik yang diperoleh dari proses isolasi
selanjutnya diidentifikasi dan mempublikasikannya melalui produk buku karya
ilmiah populer yang divalidasi. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif eksploratif. Tahapan penelitian secara umum yaitu isolasi, uji potensi
selulolitik, identifikasi dan penyusunan buku karya ilmiah populer.
Hasil isolasi isolat fungi limbah sayuranan di pasar tanjung kabupaten
Jember ditemukan sebanyak 12 fungi. Fungi yang dapat diidentifikasi sebanyak
11 isolat terdiri dari: Aspergillus sp. (kode isolat I.1), Colletotrichum bannaense
(kode isolat I.2), Fusarium oxysporium (kode isolat I.3), Cladosporium
limoniforme (kode isolat I.4), Neofabraea malicorticis (kode isolat I.6),
Colletotrichum acutatum (kode isolat I.7), Fusarium graminearum (kode isolat
I.8), Fusarium oxysporum (kode isolat I.9), Fusarium kotabaruense (kode isolat
I.10), Penicillium viticola (kode isolat I.12), Talaromyces flavus (kode isolat I.13)
dan 1 isolat fungi yang tidak teridentifikasi yaitu I.11.
Buku karya ilmiah populer yang berjudul “Isolat Fungi Selulolitik Limbah
Sayuranan di Pasar Tanjung” ini melalui tahapan validasi yang dilakukan oleh 4
orang validator yakni ahli materi, ahli media dan 2 orang pengguna. Skor rata-rata
validasi yaitu 81,45% sehingga buku ini sangat layak untuk dijadikan sebagai
bahan bacaan dan informasi tentang hasil penelitian.