dc.description.abstract | Gout arthritis merupakan penyakit metabolic atau gangguan metabolisme
yang disebabkan oleh meningkatnya kadar asam urat (hiperuresemia) yang
ditandai dengan adanya penumpukan asam urat yang menimbulkan rasa nyeri
pada persendian, sering ditemukan pada sendi kaki bagian atas, pergelangan, dan
kaki bawah yang biasa menyerang lansia. Dikatakan hiperuresemia jika kadar
asam urat lebih dari 7,0 ml/dl untuk pria dan 6.0 ml/dl untuk wanita. Gejala khas
yang mungkin muncul pada penderita gout arthritis ini yaitu nyeri yang timbulnya
mendadak pada persendian atau lebih dari 1 sendi terutama terjadi pada malam
hari. Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya gout arthritis pada
lansia salah satunya yaitu pola hidup klien seperti seringnya makan makanan
tinggi purin, kurangnya beraktifitas atau latihan fisik sehingga jika kadar asam
urat dalam tubuh tidak terkontrol dengan baik akan membentuk kristal dan
menumpuk pada persendian yang mengakibatkan peradangan pada sendi
kemudian muncul rasa nyeri pada klien.
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengeksplorasi
asuhan keperawatan gerontik gout arthritis pada Ny.T dan Tn.K dengan masalah
keperawatan nyeri kronis. Metode yang digunakan dalam penulisan laporan tugas
akhir ini menggunakan desain laporan kasus yang menggunakan pengumpulan
data dari pengamatan (observasi), wawancara (interview), pemeriksaan fisik, dan
dokumentasi terhadap klien gout arthritis dengan masalah keperawatan nyeri
kronis. Dan metode dokumentasi menggunakan data dari petugas dan asuhan
keperawatan pada kedua klien yang mengalami masalah keperawatan nyeri
kronis.
Hasil yang didapatkan setelah dilaksanakan implementasi keperawatan
pada kedua klien adalah kritea hasil belum tercapai semuanya. Ada 6 kriteria hasil
yang ingin dicapai penulis. Pada Ny.T hasil evaluasi hari keempat muncul 4
kriteria hasil dari 6 kriteria hasil yang ingin dicapai yaitu klien mengatakan skala
nyeri menurun menjadi 5, nyeri datang secara mendadak, nyeri terasa cekot-cekot
pada sendi lutut kaki kanan dan kiri, tetapi nyeri sudah jarang kambuh, hari ini
nyeri datang di pagi dan siang hari, wajah sedikit relaks, klien mampu
mempraktikkan teknik relaksasi nafas dalam, klien tampak memassage ringan
daerah yang nyeri, klien mengetahui makanan yang menjadi faktor pencetus nyeri,
dengan kadar asam urat menurun menjadi 5,7 mg/dl. Pada Tn.K hasil evaluasi hari
keempat muncul 4 kriteria hasil dari 6 kriteria hasil yang ingin dicapai oleh
penulis yaitu klien mengatakan nyeri timbul karena kelamaan menyapu halaman
wisma dan kelamaan berjalan, nyeri terasa cekot-cekot pada sendi lutut kaki, skala
nyeri menjadi 5, hari ini (pagi-sore) nyeri belum kambuh tetapi pada malam
harinya nyeri sering kambuh tetapi nyeri sedang, klien tampak relaks, klien
memassage ringan daerah yang nyeri, klien mampu mempraktikkan secara
mandiri teknik relaksasi nafas dalam, klien mengetahui makanan yang menjadi
faktor pencetus nyeri.
Dari hasil tersebut, bagi peneliti selanjutnya mengenai gout arthritis
dengan masalah keperawatan yang sama diharapkan untuk lebih memfokuskan
pada penanganan untuk meminimalisir nyeri kronis nya. Perawat juga dapat
mengatasi nyeri menggunakan pendekatan farmakologi dan non farmakologi.
Pendekatan farmakologi yaitu kolaborasi antara dokter dan perawat dalam
pemberian obat untuk pereda nyeri atau menurunkan kadar asam urat pada klien.
Sedangkan pendekatan non farmakologi yaitu pendekatan untuk menghilangkan
rasa nyeri menggunakan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi nafas dalam
dan menggunakan kompres hangat memakai parutan jahe merah sehingga klien
dapat melakukan pendekatan ini secara mandiri. Bagi perawat diharapkan dapat
menambahkan sumber wawasan dan menambah pengetahuan serta dapat
mengaplikasikan pada klien untuk memberi pendidikan tentang gout arthritis dan
penanganan nyerinya. | en_US |