Show simple item record

dc.contributor.authorSUSANTO, Tantut
dc.contributor.authorNUR, Kholid Rosyidi Muhammad
dc.contributor.authorASTUTI, Soekma Yeni
dc.date.accessioned2019-10-29T03:11:56Z
dc.date.available2019-10-29T03:11:56Z
dc.date.issued2019-04-01
dc.identifier.isbn978-623-90636-3-4
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/93777
dc.description.abstractRemaja berada dalam periode kritis selama masa pertumbuhan dan perkembangan serta rentan berperilaku berisiko, terutama dalam hal kesehatan reproduksi remaja (KKR) (Susanto, Sahar, & Widyatuti, 2012, 2015) dimana remaja mulai mengkonsumsi pornografi, melakukan perilaku seksual berisiko, gangguan orientasi seksual (LGBT) dan kehamilan diluar nikah. Hasil studi di Kabupaten Jember oleh Susanto et al. (2014-2016), menunjukkan prevalensi perilaku reproduksi aktif remaja sebesar 50.6% (Susanto, Rahmawati, Wuryaningsih, et al., 2016), perilaku negative selama pubertas sebesar 39.0% dan imaturitas selama perkembangan remaja sebesar 20.3% (Tantut Susanto et al., 2016). Hal ini berkaitan dengan kurangnya pendidikan KKR baik di keluarga dan sekolah (Susanto, 2015), karena diskusi masalah KKR dianggap tabu di keluarga dan masyarakat (Susanto, Kimura, Rumiko, & Tsuda, 2016) dan rendahnya pengetahuan masalah reproduksi pada remaja (Susanto, Kimura, Tsuda, Wuri Wuryaningsih, & Rahmawati, 2016). Kondisi ini menunjukkan besarnya masalah KKR di kalangan remaja yang membutuhkan peranan dari keluarga, masyarakat dan sekolah. Di lain pihak, waktu anak remaja banyak dihabiskan di sekolah, sehingga sekolah sangat efektif dalam memberikan pendidikan kesehatan (Susanto, Sulistyorini, Wuryaningsih, & Bahtiar, 2016), khususnya permasalahan KRR. Program pendidikan KRR untuk siswa lebih efektif melalui pendekatan teman sebaya melalui pemberian informasi dan konseling sesama teman sebaya (Susanto, Rahmawati, & Wantiyah, 2016). Oleh karena itu, untuk perlu adanya fasilitasi yang baik dari guru di sekolah dalam pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang sehat. Sekolah dapat dijadikan sebagai mitra dalam pemberdayaan siswa untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku KRR dalam membentuk remaja yang tangguh dalam kesehatan reproduksi, karena remaja kedepannya akan membentuk sebuah keluarga yang berbasis kearifan lokal. Beberapa program kesehatan reproduksi remaja telah dilaksanakan, baik berbasis komunitas, sekolah, mapun keluarga. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa program klinik remaja berbasis komunitas mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan kesehatan reproduksi remaja (Susanto, Rahmawati, & Wantiyah, 2016). Sementara itu, metode pendidikan kesehatn reproduksi remaja dengan menggnakan visual in participatory program mampu memfasilitasi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan reproduksi remaja di sekolah (Susanto, Rahmawati, & Wantiyah, 2017). Di lain pihak, pelaksanaan peer to peer remaja mampu membentuk ketrampilan hidup yang baik remaja terkait dengan kesehatan reproduksi (Susanto et al., 2017). Untuk itu perawat di Puskemas diharapkan dapat bekerja sama dengan pihak sekolah, terutama guru sebagai fasilitator dalam pendidikan kesehatan reproduksi remaja di sekolah. Perawat komunitas diharapkan dapat mengembangkan program layanan keperawatan komunitas dalam setting sekolah (Susanto, Bachtiar, & Turwantoko, 2019)untuk memfasilitasi kesehatan reproduksi remaja. Buku pengangan program kesehatan reproduksi remaja bagi fasilitator ini disusun guna dapat membantu para guru SMP dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswanya. Buku pengangan ini membahas tentang (1) Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR); (2) Pusat Informasi Dan Konseling Remaja (Pik Remaja); (3) Tumbuh Kembang Remaja; (4) Gizi Remaja; (5) Kesehatan Reproduksi Remaja; (6) Infeksi Menular Seksual Dan Infeksi Saluran Reproduksi; (7) Generasi Berencana (Genre); (8) Kenalakan Remaja; (9) Rokok ; (10) Narkotika, Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya; (11) Komunikasi Dan Konseling; 812) Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS); dan (13) Cara Belajar Partisipatif. Semoga buku penganggan ini dapat menjadikan para guru sebagai fasilitator untuk melakukan coaching dan guidance yang baik bagi siswa di sekolah untuk belajar terkait kesehatan reproduksi remaja untuk menghindari perilaku berisiko seksual pada remaja (Susanto, 2015) dan terbagun jejaring kesehatan reproduksi remaja yang sehat di komunitas (Susanto, 2014).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherKHD Production: Bondowoso, 2019en_US
dc.subjectBUKU PEGANGAN BAGI FASILITATORen_US
dc.subjectPROGRAM KESEHATAN REPRODUKSIen_US
dc.subjectREMAJAen_US
dc.subjectSMPen_US
dc.titleBuku Pegangan Bagi Fasilitator Program Kesehatan Reproduksi Remaja SMPen_US
dc.typeBooken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record