Show simple item record

dc.contributor.authorEnggar Ayu R.
dc.date.accessioned2013-09-09T01:42:20Z
dc.date.available2013-09-09T01:42:20Z
dc.date.issued2013-09-09
dc.identifier.nimNIM060210302216
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/936
dc.description.abstractPuputan Margarana pada tahun 1946 merupakan peristiwa bersejarah dalam melawan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia dan peristiwa ini tidak terlepas dari peran I Gusti Ngurah Rai sebagai pemimpin perjuangan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Puputan Margarana pada tahun 1946, bagaimana jalannya peristiwa Puputan Margarana, dan bagaimana peran I Gusti Ngurah Rai dalam Puputan Margarana. Tujuan dari penelitian ini dapat memecahkan masalah yang terdapat pada rumusan masalah dan memberi manfaat bagi peneliti, masyarakat luas, dan ilmu pengetahuan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik (kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah), kritik (kegiatan menyeleksi dan mengkaji sumber sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga menghasilkan fakta sejarah), interpretasi (proses memberikan penafsiran terhadap hasil pengolahan data yang sudah dikritisi), dan historiografi (menuliskan hasil interpretasi yang disusun secara kronologis, sistematis, dan metodis berdasarkan sumber yang autentik) dengan menggunakan pendekatan sosiologi politik dan teori konflik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang terjadinya Puputan Margarana tahun 1946 karena Belanda datang ke Indonesia termasuk pulau Bali untuk kembali menegakkan kekuasaannya di Indonesia meskipun Indonesia telah mengumumkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 ketika Jepang yang menjajah Indonesia sudah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Puputan Margarana merupakan puncak perjuangan rakyat Bali alam melawan penjajah terutama penjajah Belanda. Puputan Margarana terjadi pada tanggal 20 November 1946 di desa Kelaci dusun Marga ketika I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukan Ciung Wanara yang dipimpinnya untuk brjuang sampai titik darah penghabisan. I Gusti Ngurah Rai merupakan pucuk pimpinan tertinggi dalam perjuangan melawan pasukan Belanda/NICA yang sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. I Gusti Ngurah Rai sangat berperan dalam merencanakan dan mengatur serangan, gagasan dalam perjuangan Ngurah Rai juga sangat berguna bagi perjuangan di Bali seperti keberangkatannya ke Pulau Jawa untuk mencari bantuan persenjataan dan personil dari Jawa dan perjalanan ke Gunung Agung sambil bertempur melawan NICA. Hubungan dengan pulau Jawa menjadikan para pemimpin di Pusat RI mengetahui situasi perjuangan di Bali dan kemudian memberi arahan dan bantuan baik senjata meskipun jumlahnya sedikit maupun personil. Namun pada akhirnya I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh pasukannya dalam Puputan Margarana. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah puputan Margarana dilatarbelakangi oleh situasi politik internasional ketika berakhirnya perang dunia kedua yang memberikan kesempatan Belanda menemukan jalan untuk kembali menguasai Indonesia, situasi politik nasional yakni bangsa Indonesia yang sudah merdeka tidak ingin Belanda kembali menguasai wilayah Indonesia termasuk pulau Bali, dan situasi politik di Bali sendiri yakni Bali merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang sudah merdeka dan menentang kedatangan Belanda di Bali, hal tersebut mengakibatkan perlawanan terhadap Belanda yang datang kembali dengan menggunakan kedok NICA di bawah perlindungan bendera Sekutu. Perlawanan memuncak dalam Puputan Margarana pada tanggal 20 November 1946 yang dilakukan secara gerilya karena kekuatan yang tidak seimbang. Peristiwa puputan Margarana tidak terlepas dari peranan I Gusti Ngurah Rai sebagai pemegang komando tertinggi perjuangan di Bali yang memberikan arahan, ide, dan gagasan dalam melakukan perlawanan terhadap musuh.Saran penulis dari hasil penelitian ini yaitu bagi pembaca dapat mengambil suri tauladan dan melestarikan sejarah lokal di Indonesia, bagi pemerintah provinsi bali agar melestarikan monumen taman pujaan bangsa sehingga sejarah perjuangan rakyat Bali tidak hilng begitu saja, dan bagi masyarakat luas sebagiknya mengartikan puputan margarana sebagai peristiwa yang pantang menyerah melawan Belanda bukan sebagai sikap putus asa dalam menghadapi Belanda.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210302216;
dc.subjectI GUSTI NGURAH RAIen_US
dc.titlePERANAN I GUSTI NGURAH RAI DALAM PUPUTAN MARGARANA TAHUN 1946en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record