Show simple item record

dc.contributor.advisorDwi Wahyuni
dc.contributor.advisorKamalia Fikri
dc.contributor.authorARUMSARI, Febriana
dc.date.accessioned2019-09-10T08:35:48Z
dc.date.available2019-09-10T08:35:48Z
dc.date.issued2019-09-10
dc.identifier.nim150210103031
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92686
dc.description.abstractNyamuk merupakan salah satu jenis serangga yang dapat merugikan kesehatan manusia karena peranannya sebagai vektor penyakit. Nyamuk Culex sp. meruapak jenis nyamuk yang dapat membawa mikrofilaria penyebab Filariasis (penyakit kaki gajah). Filariasis (penyakit kaki gajah) merupakan penyakit menular menahun yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak sistem limfe, menimbulkan pembengkakakn pada tangan kaki, glandula mamae, dan scrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi keluarga. Program eliminasi filariasis di Indonesia dimulai pada tahun 2002. Menurut Kemenkes RI (2016) pada tahun 2014, bahwa program eliminasi filariasis menjadi prioritas nasional dan diharapkan filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Di Indonesia tercatat terdapat sebanyak 29 provinsi dan 239 kabupaten/kota endemis filariasi. Jumlah penderita yang dilaporkan dari 231 kabupaten/kota sebanyak 6233 orang telah terinfeksi, data tersebut belum mencakup seluruh wilayah karena tidak semua kabupaten/kota melaporkannya. Secara epidemiologi, lebih dari 120 juta penduduk di Indonesia berada didaerah yang beresiko tinggi tertular filariasis. Sampai akhir tahun 2014, terdapat 235 kabupaten/kota endemis filariasis dari 511 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember 2018, menyatakan bahwa pada periode 2013-2018 telah terjadi kasus filariasis di beberapa daerah Kabupaten Jember, Jawa Timur yaitu di daerah Tempuhrejo, Sumberbaru, Ajung, Tanggul, dan Ledokombo. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan iklim dan rendahnya kesadaran untuk menjaga lingkungan. Sehingga masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi penyebaran penyakit kaki gajah. Pengendalian vektor demam berdarah dapat dilakukan melalui pemberantasan larva nyamuk. melalui pemberian insektisida sintesik berupa butiran temefos 1% terbukti ampuh untuk memberantas jentik nyamuk selama 8-12 minggu (WHO, 2005). Penggunaan insektisida sintetik khususnya larvasida menimbulkan beberapa efek, diantaranya adalah resistensi terhadap serangga, pencemaran lingkungan, dan residu insektisida. Upaya untuk mengurangi efek tersebut, maka diupayakan penggunaan insektisida alami untuk mengendalikan larva Culex sp. Secara umum insektisida alami diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan yang mempunyai potensi sebagai larvasida botani adalah biji srikaya (Annona squamosa L.). Biji srikaya mengandung senyawa kimia tanin dan annonain yang terdiri dari squamosin dan asimisin yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan perut. Kandungan senyawa kimia dalam biji srikaya agar dapat digunakan lebih efektif dalam penggunaannya maka diperlukan suatu sediaan yaitu dalam bentuk granula ekstrak. Kelebihan dari granula ekstrak diantaranya yaitu lebih tahan terhadap udara, mudah diaplikasikan, lebih praktis dalam penggunaan serta memiliki resiko rendah apabila terjadi dose dumping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas granula ekstrak biji sriakaya (Annona squamosa L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Culex sp. dalam waktu dedah 24 jam. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi dan toksikologi Pendidikan Biologi, Universitas Jember. Penelitian diawali dengan pembelian larva nyamuk Culex sp. di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, pembuatan berbagai serial konsentrasi yang dibutuhkan. Kemudian memsaukkan 20 Larva Culex sp. pada setiap serial konsnetrasi dan melakuakn pengulangan sebanyak 4 kali pada setiap serial konsentrasi. Pengamatan kematian larva dilakukan dalam waktu dedah 24 jam. Penentuan LC50 diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan analisis probit program komputer Minitab 18.Hasil penelitian menunjukkan LC50 granula ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L.) adalah sebesar 9,14267 ppm dalam waktu dedah 24 jam. Senyawa katif alkaloid annonain biji srikaya bekerja sebagai racun perut, racun kontak dan racun saraf, sedangkan acetogenin squamocin bekerja sebagai racun perut dan racun kontak. Hasil dari penelitian tentang toksisitas granula ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Culex sp. dibuat suatu produk berupa buku ilmiah populer sebagai bacaan untuk masyarakat umum. Berdasarkan rata-rata nilai hasil uji validasi yang telah diperoleh dari 4 validator yaitu, dosen pertama sebagai ahli materi diperoleh persentasi hasil validasi sebesar 80%, dosen kedua sebagai ahli media dan pengembangan,diperoleh persentase hasil validasi sebesar 76,8%, serta 2 masyarakat pengguna diperoleh rerata persentase nilai validasi sebesar 89%, sehingga nilai hasil validasi buku yang telah dibuat dapat dikatakan bahwa buku ilmiah populer ini layak digunakan sebagai bacaan bagi masyarakat umum dengan revisi yang telah dilakukan oleh penulis. Hal ini telah membuktikan bahwa kaidah, sistematika, dan gaya bahasa karya tulis ilmiah yang terdapat dalam buku ini telah sesuai sehingga dapat dijadikan sebagai buku bacaan masyarakat umum.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectToksisitasen_US
dc.subjectGranula Ekstrak Biji Srikayaen_US
dc.subjectMortalitasen_US
dc.subjectLarva Nyamuk Culex sp.en_US
dc.titleToksisitas Granula Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa L.) terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex sp. dan Pemanfaatannya sebagai Buku Ilmiah Populeren_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record