dc.description.abstract | Kajian etnoagronomi menjadi penting sebagai dasar perencanaan dan
pengambilan kebijakan pengembangan potensi pertanian dalam meningkatkan
nilai produksi dengan mempertahankan aspek konservasi sebagai kearifan lokal di
dalamnya, serta merupakan solusi atas permasalahan yang diakibatkan oleh
revolusi hijau. Kabupaten Situbondo adalah salah satu wilayah usaha pertanian
yang turut andil dalam kebijakan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) tentang
kawasan pengembangan potensi pertanian lokal dan industri pertanian, dengan
pengelolaan komponen agroekosistem yang masih didasarkan atas kearifan lokal
masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun. Kearifan lokal masyarakat
Kabupaten Situbondo dalam konteks etnoagronomi yang tercatat berdasarkan data
observasi awal, meliputi: pengetahuan tentang lingkungan pertanian dan
kelompok petani, tanda-tanda alam, sistem penanaman dan pergiliran tanam,
penentuan periode tanam, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta
pengelolaan bahan pangan atau penanganan pascapanen dari hasil pertanian untuk
menunjang berbagai kebutuhan. Tujuan diadakannya penelitian ini di antaranya:
1) mengidentifikasi pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat
mengenai lingkungan pertanian, 2) mengidentifikasi pengetahuan tradisional
masyarakat Kabupaten Situbondo terkait dengan etnoagronomi, dan 3)
menghasilkan buku nonteks mengenai studi etnoagronomi masyarakat Kabupaten
Situbondo.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Penelitian dilaksanakan di dua
wilayah dari Kabupaten Situbondo, yakni: Kecamatan Panarukan dan Kecamatan
Asembagus. Pengambilan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada teknik
Purposive Sampling, untuk memperoleh sampel awal, dan Snowball Sampling,
untuk memperoleh sampel berikutnya. Teknik pengumpulan data didasarkan atas
kegiatan wawancara bersifat semistructured menggunakan tipe pertanyaan openended, observasi langsung (participant observation), dan dokumentasi. Data yang
telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptifkualitatif, dan melalui perhitungan use value (UV) dan fidelity level (FL).
Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya kelompok petani dalam praktek
pertanian di Kabupaten Situbondo, meliputi: Lobhenyo, Tokang Torap. Tokang
Saka’, Tokang Panje’, Tokang Molong, Tokang Pokol, Tokang Bhutok, Tokang
Rao atau Tokang Ngare’, Tokang Ngowan, dan Tokang Pekol. Pengetahuan
masyarakat mengenai tanda-tanda alam meliputi kegiatan observasi terhadap
benda-benda langit, kondisi atmosfer, siklus pasang-surut, dan gejala-gejala alam,
dalam rangka memprediksi cuaca dan pergantian musim. Sistem penanaman yang
dipraktikkan oleh petani terdiri atas tiga pola, yaitu: monokultur, polikultur, dan
pergiliran tanam. Penentuan periode tanam didasarkan atas beberapa pedoman,
yaitu: dino pitu pasaran limo, naassa taon, wuku, weton, neptu, dan jati ngarang.
Pengetahuan masyarakat mengenai pemupukan terdiri atas jenis-jenis pupuk
(kandang, hijau, sere penang, mimbhe, dan sere penang) serta pengaplikasiannya
yang kebanyakan dilakukan pada masa akhir bera. Pengendalian organisme
pengganggu tanaman sendiri diadakan dengan melibatkan musuh alami (predator),
penanaman tanaman refugia sebagai mikrohabitat predator, dan pemberian sesajen
untuk memohonkan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Penanganan
pascapanen, sebagai pengelolaan akhir dari hasil panen, meliputi beberapa
tahapan kegiatan, seperti: pemanenan, perontokan, pembersihan, penyortiran,
pengeringan, pengemasan, pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan atau
pemanfaatan.
Hasil penelitian disusun ke dalam buku nonteks yang divalidasi oleh beberapa
validator, terdiri atas: 1 validator materi, 1 validator media, dan 2 validator target
pembaca, dengan mendapatkan kriteria kelayakan adalah sangat layak dan nilai
kelayakan sebesar 91,4 %, sehingga buku nonteks yang telah dikembangkan
tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai sumber bacaan. | en_US |