Show simple item record

dc.contributor.advisorHERAWATI, Yennike Tri
dc.contributor.advisorSANDRA, Christyana
dc.contributor.authorEKASARI, Rias
dc.date.accessioned2019-08-22T03:33:07Z
dc.date.available2019-08-22T03:33:07Z
dc.date.issued2019-08-22
dc.identifier.nimNIM142110101065
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92070
dc.description.abstractPenyakit kronis merupakan penyakit yang bersifat jangka panjang bahkan seumur hidup. Program Rujuk Balik (PRB) merupakan program yang dikhususkan untuk pasien penyakit kronis yang sudah dinyatakan stabil yang bertujuan untuk memudahkan akses pelayanan kesehatan dan memudahkan pasien untuk mendapatkan obat. Pelaksanaan PRB yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan bekerjasama dengan apotek/depo farmasi untuk pemenuhan obat peserta PRB. Peserta PRB Nasional pada tahun 2015 hanya mencapai 34,05% atau sejumlah 401.848 peserta dari 1,18 juta peserta dengan diagnosis penyakit kronis yang tergolong dalam penyakit PRB. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi PRB yang menyebabkan pasien penyakit kronis belum terdaftar PRB, diantaranya ketersediaan obat di apotek, FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) belum siap, dan kriteria pasien stabil disetiap rumah sakit berbeda. Peserta PRB di Kabupaten Jember mengalami peningkatan menjadi 992 orang pada bulan Maret 2018, peningkatan peserta menyebabkan permintaan obat meningkat. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Maret-Mei 2018, apotek PRB di Kabupaten Jember masih mengalami kekosongan obat. Selain itu apotek PRB belum melakukan pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing dengan sistem e-catalogue. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab apotek masih mengalami kekosongan atau kekurangan obat. Apotek tersebut adalah Apotek Kimia Farma No. 62 dan Apotek Kimia Farma Rambipuji. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengelolaan obat PRB di Apotek Jejaring BPJS Kabupaten Jember tahun 2018 menggunakan teori sistem. Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu process yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan (pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan) pengawasan (pengendalian obat , pencatatan dan pelaporan) dan output (ketersediaan stok obat PRB sesuai kebutuhan pasien). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa dari variabel proses, diketahui apotek PRB belum menggunakan mekanisme e-purchasing melalui sistem ecatalogue dalam proses pengelolaan obat karena masih terkendala ijin penggunaan. Apotek PRB tidak memiliki strategi khusus dalam pengelolaan obat PRB. Pembagian kerja belum dilakukan oleh Apotek Kimia Farma Rambipuji. Koordinasi sesama petugas apotek dan juga koordinasi apotek dengan BPJS Kesehatan masih berjalan dengan baik dan lancar. Kekosongan obat dari distributor PRB masih sering terjadi. Ada selisih harga obat antara harga apotek dan harga dari BPJS Kesehatan. Merk obat yang sama antara obat BPJS Kesehatan dan obat umum seringkali membuat petugas apotek keliru ketika penyerahan obat ke pasien PRB. Sistem website dari BPJS Kesehatan sering mengalami permasalahan seperti obat tidak tercantum sehingga apotek tidak bisa melakukan klaim. Sedangkan dari variabel output, diketahui ketersediaan obat PRB belum mencukupi kebutuhan peserta PRB. Apotek akan mengurangi jumlah obat yang diberikan kepada pasien atau meminjam obat ke Apotek Kimia Farma yang lain untuk menghindari pasien tidak mendapatkan obat. Peserta PRB mengeluhkan jarak yang jauh dan jumlah apotek PRB yang terbatas. Peserta PRB yang paling sering mengalami kekurangan obat adalah pasien hipertensi dan jantung. Saran peneliti terhadap hasil penelitian, pertama bagi apotek jejaring untuk melakukan pengelolaan obat PRB menggunakan e-purchasing melalui sistem ecatalogue. Menyusun pembagian kerja untuk Apotek Kimia Farma Rambipuji. Kedua, bagi BPJS Kesehatan untuk melakukan perencanaan menambah apotek kerjasama untuk PRB. BPJS Kesehatan untuk segera memperbaiki sistem website yang digunakan oleh apotek dan juga mengevaluasi harga standart obat dengan apotek supaya perbedaan harga tidak terjadi. Ketiga, bagi pemerintah daerah, perlu untuk turut melakukan evaluasi terhadap distributor obat PRB. Keempat, untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai kemauan BPJS Kesehatan dalam menambah jumlah apotek jejaring PRB.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries142110101065;
dc.subjectPenyakit kronisen_US
dc.subjectProgram Rujuk Balik (PRB)en_US
dc.subjectpasien penyakit kronisen_US
dc.subjectpasienen_US
dc.subjectakses pelayanan kesehatanen_US
dc.subjectobaten_US
dc.subjectPRBen_US
dc.subjectBPJSen_US
dc.titlePengelolaan Ketersediaan Stok Obat Program Rujuk Balik (Prb) Di Apotek Jejaring Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2018en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record