dc.description.abstract | Penyakit kronis merupakan penyakit yang bersifat jangka panjang bahkan
seumur hidup. Program Rujuk Balik (PRB) merupakan program yang
dikhususkan untuk pasien penyakit kronis yang sudah dinyatakan stabil yang
bertujuan untuk memudahkan akses pelayanan kesehatan dan memudahkan pasien
untuk mendapatkan obat. Pelaksanaan PRB yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan bekerjasama dengan apotek/depo farmasi untuk pemenuhan obat
peserta PRB. Peserta PRB Nasional pada tahun 2015 hanya mencapai 34,05%
atau sejumlah 401.848 peserta dari 1,18 juta peserta dengan diagnosis penyakit
kronis yang tergolong dalam penyakit PRB. Terdapat beberapa tantangan yang
dihadapi PRB yang menyebabkan pasien penyakit kronis belum terdaftar PRB,
diantaranya ketersediaan obat di apotek, FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama) belum siap, dan kriteria pasien stabil disetiap rumah sakit berbeda.
Peserta PRB di Kabupaten Jember mengalami peningkatan menjadi 992 orang
pada bulan Maret 2018, peningkatan peserta menyebabkan permintaan obat
meningkat. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Maret-Mei 2018, apotek
PRB di Kabupaten Jember masih mengalami kekosongan obat. Selain itu apotek
PRB belum melakukan pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing
dengan sistem e-catalogue. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab apotek
masih mengalami kekosongan atau kekurangan obat. Apotek tersebut adalah
Apotek Kimia Farma No. 62 dan Apotek Kimia Farma Rambipuji. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji pengelolaan obat PRB di Apotek Jejaring BPJS
Kabupaten Jember tahun 2018 menggunakan teori sistem.
Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini
variabel yang diteliti yaitu process yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan (pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan) pengawasan (pengendalian obat , pencatatan dan pelaporan) dan output (ketersediaan stok obat
PRB sesuai kebutuhan pasien).
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa dari variabel proses, diketahui
apotek PRB belum menggunakan mekanisme e-purchasing melalui sistem ecatalogue dalam proses pengelolaan obat karena masih terkendala ijin
penggunaan. Apotek PRB tidak memiliki strategi khusus dalam pengelolaan obat
PRB. Pembagian kerja belum dilakukan oleh Apotek Kimia Farma Rambipuji.
Koordinasi sesama petugas apotek dan juga koordinasi apotek dengan BPJS
Kesehatan masih berjalan dengan baik dan lancar. Kekosongan obat dari
distributor PRB masih sering terjadi. Ada selisih harga obat antara harga apotek
dan harga dari BPJS Kesehatan. Merk obat yang sama antara obat BPJS
Kesehatan dan obat umum seringkali membuat petugas apotek keliru ketika
penyerahan obat ke pasien PRB. Sistem website dari BPJS Kesehatan sering
mengalami permasalahan seperti obat tidak tercantum sehingga apotek tidak bisa
melakukan klaim. Sedangkan dari variabel output, diketahui ketersediaan obat
PRB belum mencukupi kebutuhan peserta PRB. Apotek akan mengurangi jumlah
obat yang diberikan kepada pasien atau meminjam obat ke Apotek Kimia Farma
yang lain untuk menghindari pasien tidak mendapatkan obat. Peserta PRB
mengeluhkan jarak yang jauh dan jumlah apotek PRB yang terbatas. Peserta PRB
yang paling sering mengalami kekurangan obat adalah pasien hipertensi dan
jantung.
Saran peneliti terhadap hasil penelitian, pertama bagi apotek jejaring untuk
melakukan pengelolaan obat PRB menggunakan e-purchasing melalui sistem ecatalogue. Menyusun pembagian kerja untuk Apotek Kimia Farma Rambipuji.
Kedua, bagi BPJS Kesehatan untuk melakukan perencanaan menambah apotek
kerjasama untuk PRB. BPJS Kesehatan untuk segera memperbaiki sistem website
yang digunakan oleh apotek dan juga mengevaluasi harga standart obat dengan
apotek supaya perbedaan harga tidak terjadi. Ketiga, bagi pemerintah daerah,
perlu untuk turut melakukan evaluasi terhadap distributor obat PRB. Keempat,
untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai kemauan BPJS
Kesehatan dalam menambah jumlah apotek jejaring PRB. | en_US |